PAPUA BARAT– Dorongan memperkuat “urat nadi” energi di kawasan timur Indonesia kini mendapat tenaga baru. PT Hutama Karya (Persero) tengah mengebut Proyek Open Access di Kilang Pertamina RU VII Kasim, Sorong, Papua Barat Daya sebuah proyek strategis yang diyakini bakal jadi game changer untuk pasokan BBM di Papua dan Maluku.
Proyek ini membangun infrastruktur vital: jetty baru, empat tangki penyimpanan raksasa, serta jaringan pipa penyalur dari dermaga menuju area tangki. Kehadiran fasilitas ini disebut bukan hanya penting bagi kilang, tetapi juga bagi denyut ekonomi masyarakat Sorong dan wilayah timur Indonesia.
Memasuki akhir Oktober, progres pekerjaan mencapai sekitar 81 persen. Fokus pengerjaan mengarah pada pembangunan jetty, instalasi empat tangki penyimpanan berteknologi floating roof, hingga pemasangan pipa penyalur yang menjadi jalur utama minyak mentah dari kapal ke tangki. Metode jack-up system yang digunakan pada instalasi tangki membuat pekerjaan lebih presisi, lebih aman, dan mempercepat waktu konstruksi.
Dalam pernyataan terpisah, EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Mardiansyah, menegaskan bahwa proyek ini bukan sekadar penyelesaian pekerjaan, tetapi tonggak pemerataan infrastruktur energi nasional.
“Fasilitas yang dibangun tidak hanya menjawab kebutuhan operasional, tetapi juga harus menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat dan lingkungan sekitar,” ujarnya. Ia menambahkan, proyek ini merupakan wujud kolaborasi antar BUMN sekaligus komitmen Hutama Karya mendukung industri energi dan migas.
Kilang RU VII Kasim selama ini menjadi pemasok utama BBM untuk Papua dan Maluku. Namun, penurunan pasokan minyak mentah dari sumber lama menuntut solusi baru. Melalui proyek Open Access, kilang akan mampu menerima suplai minyak mentah dari berbagai sumber, baik domestik maupun internasional.
Demi efisiensi dan keselamatan, tangki penyimpanan menggunakan floating roof untuk mengurangi penguapan. Metode jack-up system di sisi konstruksi juga meningkatkan kualitas pengelasan, mengurangi risiko kerja di ketinggian, sekaligus memangkas waktu proses hingga sekitar 20 persen. Pada area dermaga, penggunaan quick release hook memungkinkan tambat dan lepas kapal berlangsung lebih aman dan terkontrol.
Project Manager Proyek Open Access Sorong, Hariyadi Sujatmiko, menegaskan prioritas tim selalu pada mutu dan keandalan. “Seluruh tahapan, mulai dari rekayasa teknik, pengadaan, pemasangan, hingga uji coba, dilakukan dengan pengawasan mutu yang ketat,” jelasnya.
Meski berlokasi di kawasan terpencil dengan akses sulit, strategi logistik yang matang serta pemanfaatan dermaga existing memungkinkan mobilisasi 410 tenaga kerja berlangsung efektif.
Tak hanya menopang energi nasional, proyek ini juga menggerakkan ekonomi lokal. Dari total 410 tenaga kerja, 102 di antaranya merupakan warga lokal. Aktivitas proyek pun menghidupkan usaha kecil mulai dari warung makan hingga jasa transportasi.
Salah satu warga, Feri Katumlas (38), menyebut suasana kampung kini terasa lebih hidup. “Proyek ini membuat kampung kami jadi semakin ramai, banyak orang banyak rezeki,” ujarnya.
Selain memberdayakan warga, Hutama Karya rutin melakukan sosialisasi keselamatan agar aktivitas proyek berjalan harmonis dengan masyarakat sekitar.
Proyek Open Access Sorong merupakan bentuk sinergi pemerintah dan BUMN dalam memperkuat pondasi energi kawasan timur. Hutama Karya mengambil peran sebagai pelaksana EPC dengan standar tinggi pada keselamatan, efisiensi, dan mutu konstruksi.
Bagi Hutama Karya, proyek ini selaras dengan target pemerataan pembangunan nasional serta misi mendukung pembangunan berkelanjutan di seluruh Indonesia.
Menutup penjelasannya, Mardiansyah menegaskan pentingnya proyek ini: “Infrastruktur yang dibangun hari ini diharapkan menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup sebanyak-banyaknya rakyat Indonesia di masa mendatang,” tutupnya. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan