Dari Tikar ke Forum Publik: Jejak Gerakan Literasi Jalanan Palangka Raya

PALANGKA RAYA – Gerobak Buku menjadi simbol gerakan literasi jalanan yang inklusif dan hidup, digagas oleh komunitas Pensil Kita ID—sebuah komunitas yang lahir dari semangat berbagi dan kecintaan terhadap buku. “Awalnya kami hanya klub baca biasa. Karena koleksi buku cukup banyak, kami berpikir kenapa tidak dibagikan saja ke masyarakat?” tutur Ricky, penggagas Gerobak Buku, saat ditemui Kalteng Pos, Sabtu (19/7/2025).

Dengan berbekal tikar dan kardus, komunitas ini mulai membuka lapak baca lesehan di ruang publik. Buku-buku diletakkan di atas tikar, bebas dibaca siapa pun yang mampir. Tak disangka, respons masyarakat sangat positif dan antusias.

Namun membawa puluhan buku menggunakan kardus di atas motor bukan perkara mudah. Dari sanalah muncul ide untuk menghadirkan gerobak yang dimodifikasi menjadi rak portabel. “Gerobak ini bisa memuat buku, tikar, papan tulis, dan alat tulis. Yang penting bisa dipindahkan dengan mudah,” jelas Ricky.

Kini, gerobak tersebut tak sekadar alat angkut, tetapi telah menjadi simbol semangat literasi di ruang terbuka. Setiap pekan, komunitas membawa puluhan buku dari berbagai genre, mulai dari buku anak, fiksi ilmiah, hingga wacana sosial-politik yang memantik diskusi.

Anak-anak menjadi kelompok yang paling antusias menyambut Gerobak Buku. Ada yang datang sendiri, ada pula yang digandeng orang tuanya. Bahkan saat tim Pensil Kita ID tidak hadir, mereka kerap menanyakan keberadaan komunitas.

“Kak, kemarin ke mana? Kami nungguin, loh,” kenang Ricky sambil tersenyum.

Bagi Pensil Kita, literasi bukan sekadar aktivitas membaca, tetapi juga ruang untuk bertumbuh bersama. Karena itu, kegiatan dilengkapi dengan aktivitas calistung, mewarnai, menggambar, hingga mendongeng untuk anak-anak. Sementara bagi remaja dan dewasa, tersedia sesi diskusi ringan terkait isu-isu aktual. “Kami tidak ingin literasi terasa kaku. Literasi harus menyenangkan, supaya orang mau datang lagi,” katanya.

Semua kegiatan dijalankan secara gotong royong. Anggota komunitas berbagi peran—dari logistik, penyusunan buku, hingga jadwal penjagaan. Pensil Kita ID juga membuka ruang kolaborasi dengan komunitas lain yang memiliki semangat serupa.

Meski mendorong gerobak penuh buku tidak mudah—terlebih melalui trotoar sempit—semangat mereka tak surut.

Gerobak Buku telah hadir di berbagai lokasi, mulai dari Universitas Palangka Raya, halaman Kantor Wali Kota, hingga rutin hadir di Car Free Day (CFD) setiap Minggu pagi.

Gerakan ini terus berkembang. Pada 2024, mereka menggelar Festival Seni dan Bahasa bertema Menuju Senja yang memadukan literasi, seni, dan diskusi publik. Kolaborasi pun diperluas melalui program Donasi Literasi Batch #13 bertema Eco Literacy, yang melibatkan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kalteng serta komunitas lainnya.

Menjelang akhir tahun, mereka kembali berinovasi melalui forum Earth Colors Palette: An Ecology and Arts Youth Forum, bekerja sama dengan Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Palangka Raya. Forum ini diikuti oleh sekolah-sekolah dari berbagai penjuru kota dan membahas isu literasi, seni, serta lingkungan melalui lokakarya, pameran buku, dan diskusi lintas disiplin. “Kami ingin literasi relevan dengan kehidupan nyata,” ujar Ricky.

Gerakan ini terbuka bagi siapa saja. Donasi buku, alat tulis, hingga tenaga relawan sangat dibutuhkan. “Siapa pun bisa bergabung, asal punya semangat berbagi,” ucapnya.

Pensil Kita ID juga memiliki misi untuk meningkatkan Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) di Kalimantan Tengah yang selama ini tergolong rendah. “Kami ingin membiasakan membaca, menumbuhkan rasa ingin tahu, dan menjadikan literasi sebagai gaya hidup,” tambah Ricky.

Semua kegiatan dilakukan gratis dan terbuka untuk umum. Ke depan, Pensil Kita ID berencana meluncurkan blog dan situs web sebagai pusat dokumentasi serta informasi kegiatan. “Kami ingin gerakan ini juga hadir di ruang digital,” jelasnya.

Masyarakat dapat mengikuti aktivitas komunitas ini melalui akun Instagram @pensil_kita.id yang menyajikan informasi jadwal, dokumentasi kegiatan, dan program kolaborasi terbaru.

Gerobak Buku bukan sekadar rak berjalan, melainkan simbol harapan. Di tengah gempuran era digital dan rendahnya minat baca, ia hadir sebagai pengingat bahwa membaca, belajar, dan bertumbuh adalah hak semua orang—dan bisa dimulai dari sudut sederhana di trotoar kota. []

Redaksi10

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com