JAKARTA – Lembaga Institute of Management Development (IMD) kembali mengumumkan pemeringkatan World Competitiveness Ranking (WCR) 2025 yang memetakan daya saing 69 negara di dunia. Dalam laporan tahun ini, posisi Indonesia tercatat turun drastis hingga 13 peringkat, dari sebelumnya peringkat ke-27 menjadi peringkat ke-40. Penurunan ini termasuk salah satu yang terburuk dalam lingkup global, sejajar dengan Turki yang juga mengalami penurunan serupa.
Direktur World Competitive Center IMD, Arturo Bris, menjelaskan bahwa anjloknya peringkat Indonesia tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan tren serupa yang terjadi di beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Meski demikian, ada pengecualian seperti Malaysia yang justru berhasil melesat naik 11 peringkat. Arturo menyebut bahwa salah satu penyebab utama kemerosotan daya saing di kawasan ini adalah dampak jangka panjang dari perang tarif yang digagas oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
“Pasca pandemi, Indonesia merupakan salah satu negara dengan performa daya saing terbaik dalam peringkat WCR yang naik 11 peringkat. Kenaikan peringkat daya saing ini didongkrak dari nilai ekspor migas dan komoditi. Namun, saat ini peringkat daya saing Indonesia dan sejumlah negara Asia Tenggara anjlok imbas dari perang tarif yang ditujukan ke kawasan ini,” kata Arturo dalam siaran pers, Kamis (19/06/2025).
Dalam pemeringkatan regional, Singapura tetap berada di posisi teratas untuk kawasan Asia Tenggara, meski turun satu peringkat secara global ke posisi dua. Thailand juga turun lima peringkat, sedangkan Filipina berhasil naik satu peringkat. Malaysia menjadi sorotan karena lonjakan 11 peringkat yang dinilai berkat kebijakan strategis di sektor digital dan industri.
IMD menyusun pemeringkatan berdasarkan kombinasi data statistik dan survei yang melibatkan lebih dari enam ribu eksekutif dari seluruh dunia. Dalam survei yang dilakukan di Indonesia, sebanyak 66,1 persen responden menilai kurangnya peluang ekonomi sebagai pemicu utama ketimpangan dan polarisasi sosial. Arturo menyoroti bahwa masalah seperti infrastruktur yang tidak memadai, lemahnya institusi, dan keterbatasan talenta sumber daya manusia menjadi tantangan utama yang menghambat daya saing nasional.
Persoalan ini, menurut IMD, juga memunculkan ketimpangan struktural yang terlihat dari tingginya angka pengangguran dan tidak meratanya pembangunan. Hal tersebut berdampak pada minimnya lapangan kerja baru yang pada akhirnya menciptakan frustasi sosial dan mempersempit peluang mobilitas ekonomi masyarakat. []
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan