Dayak Kayan Satukan Adat Lewat Musyawarah Sakral

MAHAKAM ULU – Euforia Pagelaran Budaya Udoq Berihun Puhuq Kayan Lung Metun di Lapangan Depan Balai Adat Long Pakaq Lama, Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, masih terasa kental. Aroma daun pisang dari kostum para penari Udoq yang berjatuhan menyisakan kesan mendalam di tepian Sungai Mahakam.

Dari lokasi perhelatan budaya ini, pemandangan ikonik Batu Mili yang memiliki nilai sejarah bagi masyarakat Ulu Mahakam tampak jelas menghiasi latar kegiatan.

Di tengah suasana sakral tersebut, Ketua Perhimpunan Puhuq Kayan Lung Metun, Vedelis Tekwan Kuay, memaparkan fokus utama perjuangan perhimpunan mereka, yaitu melalui forum sakral Musyawarah Adat (Musdat).

Musdat yang digelar dua hari sebelum pagelaran budaya bertujuan menyatukan dan menyempurnakan persepsi mengenai hukum adat, tata upacara, serta pelaksanaannya yang telah dibukukan.

“Kita membahas mengenai semua upacara maupun ritual adat Suku Dayak Kayan ini kan sudah dibukukan,” jelas Vedelis, menyoroti tantangan perbedaan di lima kampung Sub Suku Dayak Kayan Lung Metun yang terpisah sejak lama.

Musdat menjadi wadah untuk mengembalikan kesatuan adat dan gelar bangsawan (sepui), termasuk tata cara perkawinan, kematian, kelahiran, hingga ritual tolak bala. Dalam forum tersebut juga dibahas penyeragaman bahan dan jadwal pelaksanaan ritual.

Alih-alih melakukan perubahan, Musdat berfungsi sebagai wadah penyempurnaan. Setiap perbedaan yang muncul dari masing-masing kampung diselaraskan agar menjadi satu model adat ke depan. Selain itu, perhimpunan juga menekankan pentingnya regenerasi pelaku adat.

Upaya itu dilakukan dengan menumbuhkan semangat cinta suku di kalangan generasi muda, mulai dari kesenian, tradisi, hingga minat mempelajari adat istiadat. Pesan tersebut telah disampaikan kepada setiap lembaga adat kampung.

Di sisi lain, Perhimpunan Puhuq Kayan juga terus mencatat, melestarikan, dan memperkuat identitas kultural khas Suku Dayak Kayan. Salah satunya melalui pelestarian tarian dan pakaian adat yang memiliki ciri berbeda dengan suku lain.

“Kalau Kayan terkenal, kalau sudah ngarang (menari), tidak hitungan jam, tidak hitungan siang malam,” imbuh Vedelis, menekankan semangat dan sportivitas yang menjadi ciri khas Kayan.

Selain itu, upaya pencatatan serta pendokumentasian motif ukiran khas juga terus dilakukan agar kekayaan budaya asli Dayak Kayan tetap terjaga dan lestari untuk generasi mendatang. []

Admin04

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com