KUTAI TIMUR – Gelaran Pekan Raya Kutai Timur Expo 2025 menjadi bukti nyata komitmen Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kutai Timur dalam melestarikan warisan budaya melalui terobosan inovatif. Di antara gemerlap stan pameran, stan Dekranasda menonjol dengan presentasi khusus yang tidak hanya memamerkan kerajinan, tetapi menghadirkan sebuah transformasi budaya: mengangkat motif tradisional Wakaroros yang selama ini terpahat pada kulit kayu Jomok menjadi kain batik yang elegan dan modern. Inisiatif ini merepresentasikan upaya serius untuk menjembatani warisan leluhur dengan perkembangan zaman, menciptakan sebuah produk budaya yang relevan dengan kehidupan kontemporer tanpa menghilangkan roh dan makna filosofisnya.
Nurul Karim, Wakil Ketua Harian Dekranasda Kutim, menjelaskan bahwa partisipasi dalam expo ini selaras dengan mandat organisasi. “Kita lebih memperkenalkan ya. Memperkenalkan keberadaan Dekranasda dan peran-perannya. Kita kan berada di bawah Dinas Perindustrian dan Perdagangan, ini sebuah organisasi pemerintah sebenarnya. Jadi tugasnya adalah melestarikan kerajinan. Kemudian dalam hal ini, hari ini kita lebih banyak mempromosikan produk-produk yang ada di Kutai Timur,” ujarnya kepada Beritaborneo.com Kamis (23/10/2025). Pernyataan ini menegaskan posisi Dekranasda tidak hanya sebagai penyelenggara pameran, tetapi sebagai institusi yang bertanggung jawab atas keberlangsungan seni kerajinan daerah.
Transformasi motif Wakaroros, yang merupakan identitas turun-temurun Suku Dayak Basap, menjadi fokus utama. “Aslinya itu dipahat di kulit kayu Jomok. Kita mencoba gambar itu kita jadikan ke batik. Sebagai pengembangan,” papar Nurul lebih lanjut. Proses alih medium ini bukanlah pekerjaan mudah; ia membutuhkan pendalaman makna, adaptasi teknik, dan kreativitas untuk memastikan esensi motif tidak hilang. Inovasi ini berhasil memberi napas baru, memberinya nilai ekonomi yang berkelanjutan, dan sekaligus melestarikan sebuah warisan budaya yang sebelumnya mungkin hanya dapat dijumpai dalam bentuk yang sangat tradisional.
Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi pintu masuk bagi revitalisasi warisan budaya lainnya di Kutai Timur. Dengan menunjukkan bahwa motif tradisional dapat beradaptasi dan menjadi komoditas yang diminati pasar, Dekranasda memberikan contoh nyata bahwa melestarikan budaya tidak harus statis. Langkah ini diharapkan dapat menginspirasi komunitas dan pengrajin muda untuk terus mengeksplorasi kekayaan budaya lokal, menjadikannya sebagai sumber inspirasi yang tak pernah kering untuk menciptakan produk-produk baru yang memadukan kearifan masa lalu dengan selera masa kini.[]
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan