SAMPIT – Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, Dadang Siswanto, mengungkapkan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap sektor pariwisata setelah terjadinya insiden tenggelamnya kapal wisata yang digunakan untuk menunjang wisata susur Sungai Mentaya. Evaluasi ini akan dilakukan bersama dengan dinas terkait, khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kotim.
“Kami akan duduk bersama Disbudpar untuk melakukan evaluasi menyeluruh terkait kejadian ini. Tujuannya agar insiden serupa tidak terulang di masa depan,” ujar Dadang kepada wartawan di Sampit, Rabu (22/01/2025).
Kapal wisata milik Pemkab Kotim tersebut ditemukan tenggelam pada Selasa pagi (21/01/2025), diduga akibat kebocoran yang terjadi di lambung kapal.
Kapal yang digunakan untuk aktivitas wisata susur Sungai Mentaya ini sebelumnya sudah mengalami kebocoran di sisi lambung kapal yang telah ditambal, namun upaya tersebut tidak berhasil mencegah kebocoran lebih lanjut hingga kapal akhirnya tenggelam.
Sebagai wakil rakyat yang membidangi sektor pariwisata, Dadang menyampaikan keprihatinannya terhadap insiden ini, yang menurutnya sangat mempengaruhi wacana pemerintah daerah untuk menjadikan Kota Sampit sebagai kota wisata unggulan.
Kota Sampit, lanjutnya, memiliki potensi besar untuk berkembang sebagai destinasi wisata, dengan fasilitas-fasilitas penunjang, salah satunya adalah kapal wisata susur sungai yang menjadi ikon utama di Kotim.
“Peristiwa ini sangat kami sayangkan, karena bertolak belakang dengan cita-cita besar menjadikan Kota Sampit sebagai destinasi wisata yang diharapkan bisa memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah daerah,” ujar politisi Partai Golkar ini.
Namun, Dadang tidak ingin langsung menyalahkan pemerintah daerah terkait kejadian tersebut. Menurutnya, insiden ini merupakan hasil dari kurangnya perhatian terhadap pemeliharaan fasilitas penunjang wisata, seperti kapal wisata susur sungai.
Ia mengungkapkan, pada tahun 2024, anggaran untuk pemeliharaan kapal wisata tersebut hanya sekitar Rp80 juta, yang dinilai kurang untuk menjaga kondisi kapal agar tetap layak beroperasi. Bahkan, untuk tahun 2025, anggaran pemeliharaan kapal tersebut tidak tersedia sama sekali.
“Komisi III DPRD Kotim yang membidangi pariwisata dan memiliki hak budgeting turut meminta maaf atas kejadian ini. Ke depan, kami akan berusaha memastikan bahwa anggaran untuk pemeliharaan fasilitas wisata dapat mencukupi agar hal-hal serupa tidak terulang,” tegas Dadang.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kotim, Bima Eka Wardhana, menjelaskan bahwa kapal wisata tersebut mulai tenggelam pada Selasa dini hari, saat kondisi kapal kosong dan sebagian besar orang masih tidur.
Sehingga, tidak ada upaya penyelamatan yang dapat dilakukan saat kapal mulai tenggelam. Sebelumnya, kapal memang sudah mengalami kebocoran di lambung kanan dan telah dilakukan perbaikan, namun kebocoran tersebut kembali terjadi.
Sebagai langkah lanjutan, Komisi III DPRD Kotim bersama dengan pemerintah daerah dan dinas terkait akan segera melakukan evaluasi mendalam untuk memastikan bahwa segala sarana penunjang untuk mewujudkan Kota Sampit sebagai kota wisata dapat dimaksimalkan.
“Evaluasi ini menjadi sangat penting, tidak hanya untuk mencegah kejadian serupa, tetapi juga untuk memastikan bahwa fasilitas pariwisata di Kotim bisa menunjang upaya kita mewujudkan Kota Sampit sebagai kota tujuan wisata yang aman dan nyaman,” tutup Dadang. []
Redaksi03