Dua Negara Panas! Perang Roket Hantui Perbatasan

BANGKOK – Ketegangan lama di perbatasan Thailand–Kamboja kembali berubah menjadi kobaran konflik yang memaksa ribuan warga sipil mengungsi dalam hitungan jam. Drama geopolitik yang selama ini hanya terlihat sebagai perang dingin antarkomando, kini pecah menjadi ledakan nyata yang menelan korban jiwa.

Pada Senin (08/12/2025) waktu setempat, kepanikan massal menyapu wilayah perbatasan dua negara tersebut. Ribuan penduduk dari kedua sisi berlarian meninggalkan rumah mereka setelah baku tembak mendadak meletus. Laporan BBC dan AFP pada Kamis (11/12/2025) menyebut, situasi tiba-tiba berubah seperti “zona tempur” ketika senjata dari dua arah saling menghujam.

Kedua negara langsung saling tuding. Dari Bangkok, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul menegaskan bahwa negaranya “tidak pernah menginginkan kekerasan tetapi akan menggunakan cara yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatannya”.

Namun di Phnom Penh, mantan pemimpin Kamboja Hun Sen balik menyebut “penjajah Thailand memprovokasi pembalasan”. Pernyataan yang kembali membangkitkan ketegangan historis di antara dua negara serumpun itu.

Konflik yang sebelumnya mereda pasca gencatan senjata Juli lalu kini kembali membara. Upaya diplomasi internasional, termasuk gencatan yang ditekan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, tampak runtuh begitu saja.

Militer Thailand mengklaim pertempuran bermula dari tembakan pasukan Kamboja di Provinsi Ubon Ratchathani yang menewaskan satu tentara Thailand. Negeri Gajah Putih itu lalu membalas dengan serangan udara ke titik-titik yang disengketakan.

Kamboja membantah keras. Kementerian Pertahanan mereka menyatakan pasukan Thailand justru melanggar wilayah berdaulat di Provinsi Preah Vihear, dan menegaskan mereka tidak melakukan serangan balasan.

Korban pun berjatuhan. Satu tentara Thailand dan empat warga sipil Kamboja tewas, sementara belasan lainnya luka-luka.

Keesokan hari, situasi makin panas. Thailand menuduh Kamboja menembakkan roket, menggunakan drone bom, hingga drone kamikaze yang menghantam pos militer dan wilayah sipil Thailand.

Sengketa ini sudah berlangsung lebih dari seabad, terutama terkait klaim kuil-kuil bersejarah. Pada Juli lalu, serangan roket Kamboja sempat memicu balasan udara Thailand, menewaskan 48 orang dan membuat ribuan warga mengungsi.

Malaysia sempat menengahi, AS ikut turun tangan, hingga lahir Pakta Perdamaian Kuala Lumpur. Namun hanya dua minggu setelah penandatanganan, Thailand menangguhkan kesepakatan karena dua tentaranya luka akibat ranjau darat.

Kamboja menegaskan tetap komit pada perjanjian, bahkan setelah menyebut Trump layak dinominasikan Nobel.

Gelombang kekerasan terbaru membuat angka korban terus bertambah. Thailand melaporkan sembilan tentaranya tewas dan lebih dari 120 orang luka-luka.

“Secara total, hingga saat ini, sembilan personel militer telah tewas,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand, Surasant Kongsiri.

Di sisi lain, Kamboja menyatakan 10 warga sipil tewas dan 60 terluka. Total korban dari kedua negara mencapai 19 orang sejak konflik kembali pecah awal pekan lalu.

Eksodus besar-besaran terjadi. Kamboja mengevakuasi lebih dari 101.000 warga, sementara Thailand mencatat lebih dari 400.000 warga sipil mengungsi akibat hantaman roket, drone, dan tembakan artileri. Jet tempur, tank, dan drone militer terus melintas di atas permukiman warga.

Pada Kamis (11/12/2025) pagi, Kamboja menuding Thailand kembali menembaki wilayah Oddar Meanchey, terutama area Kuil Khnar. Thailand merespons dengan menutup wilayah Sa Kaeo melalui jam malam pukul 19.00–05.00.

Militer Thailand juga melaporkan roket-roket Kamboja mendarat di sekitar Rumah Sakit Phanom Dong Rak, Provinsi Surin. Para pengamat menilai konflik ini berada di ambang perang terbuka bila tidak segera diredam. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com