BULUNGAN – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor melalui pelabuhan di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada Maret 2025 tercatat mengalami peningkatan sebesar 50,88 persen.
Peningkatan tersebut sebagian besar berasal dari ekspor komoditas bahan bakar mineral, khususnya batu bara, yang menyumbang sebesar US$ 89,12 juta.
Kepala BPS Kalimantan Utara, Mas’ud Rifai, menyarankan agar Kaltara mulai mengembangkan alternatif komoditas ekspor unggulan di luar batu bara.
Menurutnya, selain untuk mendorong peningkatan total nilai ekspor, hal ini juga sebagai langkah antisipatif apabila terjadi penurunan permintaan batu bara dari negara-negara tujuan ekspor, yang saat ini sedang menghadapi gejolak akibat perang dagang—termasuk salah satunya Tiongkok
“Kita mayoritas mengekspor ke Tiongkok. Meskipun pada Maret lalu dampaknya belum terlihat karena kondisi masih normal, tetapi ke depannya akan sangat bergantung pada kebijakan masing-masing negara,” ujarnya pada Senin (05/05/2025).
Ia menambahkan, jika sewaktu-waktu negara seperti Tiongkok membatasi produksi, hal tersebut berpotensi memengaruhi jumlah ekspor batu bara ke negara tersebut.
Oleh karena itu, ia kembali menekankan pentingnya diversifikasi komoditas ekspor agar nilai ekspor Kaltara tetap terjaga.
“Dulu kita memiliki kekuatan di sektor kelautan. Maka, potensi sumber daya laut harus dapat dimaksimalkan untuk meningkatkan volume ekspor,” jelasnya.
Ia juga menilai bahwa potensi kelautan di Kalimantan Utara sangat besar dan tidak terbatas. Yang perlu dibenahi adalah penerapan teknologi pada aktivitas penangkapan ikan, pembudidayaan komoditas laut seperti ikan dan udang, serta teknologi pengolahan hasil laut.[]
Redaksi12