JAKARTA — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali melontarkan kritik keras kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang dinilainya sebagai penghambat utama upaya perdamaian di kawasan Timur Tengah. Tak hanya itu, Erdogan bahkan menyebut Netanyahu sebagai ancaman besar bagi stabilitas global.
Dalam pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang berlangsung di Istanbul, Sabtu (22/06/2025), Erdogan menegaskan bahwa serangan militer Israel terhadap Iran baru-baru ini tak lain merupakan upaya untuk menggagalkan jalannya negosiasi nuklir antara Iran dan Amerika Serikat (AS). “Serangan Israel terhadap Iran menunjukkan bahwa Netanyahu dan pemerintahannya tidak ingin masalah diselesaikan secara diplomatis,” tegas Erdogan di hadapan para diplomat Liga Arab, seperti dilansir Aljazeera.
Ia pun menyerukan kepada negara-negara berpengaruh untuk tidak terpancing oleh narasi Israel, yang menurutnya hanya akan memperburuk konflik yang sudah meruncing di kawasan. “Ambisi Zionis Netanyahu tidak memiliki tujuan lain selain menyeret kawasan kita dan seluruh dunia ke dalam bencana besar,” tambahnya.
Lebih jauh, Erdogan juga mengecam negara-negara Barat yang dinilainya memberi dukungan tanpa syarat terhadap tindakan Israel. Menurutnya, Turki akan berdiri tegas untuk mencegah adanya perubahan peta geopolitik Timur Tengah yang dipaksakan lewat pertumpahan darah. “Sangat penting bagi kita untuk menunjukkan solidaritas yang lebih kuat guna menghentikan banditisme Israel, tak hanya di Palestina, tetapi juga di Suriah, Lebanon, dan Iran,” ujar Erdogan.
Organisasi Kerja Sama Islam sendiri merupakan blok negara-negara mayoritas Muslim yang didirikan pada 1969 dan kini beranggotakan 57 negara, termasuk Indonesia.
Senada dengan Erdogan, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan turut menyoroti dampak serangan Israel ke Iran. Ia menilai bahwa tindakan militer tersebut mendorong kawasan ke ambang krisis besar. “Israel sekarang memimpin kawasan ini ke ambang bencana total dengan menyerang Iran, tetangga kita,” kata Fidan.
Menurutnya, ketegangan yang dipicu Israel bukan hanya soal konflik bilateral, melainkan turut memperkeruh dinamika di Palestina, Lebanon, Suriah, hingga Yaman.
Sementara itu, Iran melalui Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi, menegaskan kesediaan untuk melanjutkan dialog dengan AS dan negara-negara Eropa, asalkan agresi Israel dihentikan. “Iran siap mempertimbangkan diplomasi sekali lagi setelah agresi dihentikan dan pelakunya dimintai pertanggungjawaban. Kami siap melanjutkan diskusi dalam waktu dekat,” kata Araghchi. []
Admin 02