TARAKAN – Pemulihan status internasional Bandara Juwata Tarakan membuka kembali pintu besar bagi perekonomian Kalimantan Utara. Tidak hanya sebagai sarana transportasi, bandara ini dipandang sebagai kunci penggerak pariwisata dan bisnis lintas negara yang selama ini sempat terhenti akibat pandemi.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kalimantan Utara, Kie Pie, menyampaikan apresiasinya atas langkah pemerintah tersebut. Menurutnya, pengoperasian rute internasional harus dibarengi strategi jangka panjang, terutama pada aspek tarif.
“Yang pertama perlu diperhatikan adalah masalah tarif. Komponen tiket itu kan banyak, perlu kita lihat insentif apa yang bisa diberikan agar harganya lebih terjangkau,” ujarnya, Selasa (30/09/2025).
Ia menekankan bahwa promosi besar-besaran sangat diperlukan di tahap awal. “Intinya bagaimana di awal melakukan promosi. Kita belajar dari pengalaman, di awal itu memang harus kontraksi besar-besaran, makanya harga tiket ini penting kita diskusikan,” jelas Kie Pie.
Kie Pie menambahkan, kesinambungan penerbangan internasional hanya bisa terjaga dengan dukungan kerja sama lintas negara. Menurutnya, sektor pariwisata dan produk kelautan bisa menjadi pintu masuk untuk mempererat hubungan dengan mitra bisnis di Sabah, Malaysia.
“Kita butuh sesi khusus untuk mengundang pengusaha luar, membicarakan potensi marine product maupun pariwisata. Dari hotel kita bisa mencari partner di Sabah lewat organisasi perhotelan di sana,” ungkapnya.
Selain sektor akomodasi, ia mendorong pelibatan bidang kargo dan jasa pendukung lainnya. Hal itu dinilai penting agar manfaat penerbangan internasional tidak hanya dirasakan oleh pelaku hotel, tetapi juga usaha kecil hingga menengah.
“Dulu kita pernah internasional, hanya saja tumbang saat COVID. Jadi sekarang jangan sampai naik lalu redup lagi. Kuncinya keberlanjutan,” tegasnya.
Untuk mendukung hal tersebut, PHRI bahkan siap menyesuaikan tarif kamar hotel. “Kalau pemerintah bisa menurunkan harga tiket, kami dari perhotelan juga siap menurunkan harga. Tujuannya sama-sama berkorban demi kemajuan bersama,” tukasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Pariwisata Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Tarakan, Ivan Kansil, menilai pemulihan status internasional Bandara Juwata bertepatan dengan momentum yang tepat. Tarakan segera menjadi tuan rumah event besar, Irau, pada 11–12 Oktober mendatang.
“Pada Oktober nanti ada event Irau tanggal 11–12 yang berskala nasional bahkan internasional. Ini bisa jadi kesempatan besar memasarkan produk kita di Sabah,” ungkap Ivan.
Ia menambahkan, penerbangan langsung dari dan ke luar negeri akan memperkuat arus wisatawan sekaligus peluang bisnis. “Even seperti Irau ini bisa mendatangkan pengunjung, tidak hanya untuk wisata, tapi juga bisnis. Tinggal bagaimana pemerintah memfasilitasi agar kita bisa dipertemukan dengan pengusaha dari Sabah,” terangnya.
Menurut Ivan, sektor akomodasi, perikanan, dan perhotelan bisa menjadi pijakan awal untuk kolaborasi nyata. “Kalau sudah ada produk, nanti bisa sharing untuk dipasarkan bersama. Jadi pelaku usaha di sana dan di sini perlu kita bersihkan dulu datanya agar jelas mana yang bisa dikolaborasikan,” katanya.
Pemulihan penerbangan internasional bukan hanya menambah rute perjalanan, melainkan juga membuka jalur ekonomi baru bagi Kaltara. Dengan kemudahan akses, produk lokal bisa lebih cepat masuk ke pasar regional, sementara wisatawan asing semakin mudah menjangkau destinasi di Tarakan maupun daerah sekitarnya.
Baik PHRI maupun Kadin sama-sama menegaskan bahwa keberhasilan tidak hanya bergantung pada pemerintah pusat. Sinergi antar-pelaku usaha lokal, lintas sektor, hingga lintas negara menjadi faktor penentu.
Penerbangan internasional Bandara Juwata dipandang sebagai peluang emas bagi Kaltara untuk naik kelas, dari sekadar pintu masuk regional menjadi hub penting bagi perdagangan dan pariwisata perbatasan Indonesia-Malaysia. []
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan