Gagal Hadir di Istanbul, Rusia Dituding Tak Komitmen Damai

ISTANBUL – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuding Rusia tidak menunjukkan keseriusan dalam perundingan damai yang digelar di Istanbul, Turki, Kamis (15/5/2025). Meski demikian, ia menegaskan kesiapan bernegosiasi langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang absen dalam pertemuan tersebut. Pernyataan ini disampaikan Zelensky kepada wartawan di Ankara, Jumat (16/5/2025), setelah upaya perdamaian pertama secara langsung antara kedua negara dalam tiga tahun perang gagal dihadiri pemimpin kedua belah pihak.

“Sayangnya, mereka tidak cukup serius dalam negosiasi tersebut,” ujar Zelensky seperti dikutip Media. Ia menambahkan, “Saya di sini, kami siap untuk negosiasi langsung.” Pernyataan ini menanggapi ketidakhadiran Putin dalam pertemuan yang diinisiasi Turki setelah Kremlin hanya mengirim delegasi berpengalaman tanpa melibatkan Putin. Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga memilih tidak hadir dengan alasan hanya akan datang jika Putin hadir.

Perundingan ini merupakan yang pertama sejak Putin mengusulkan dialog “tanpa prasyarat” pada Minggu (11/5), sebagai respons atas ultimatum Ukraina dan sekutu Eropa untuk gencatan senjata penuh selama 30 hari. Zelensky sebelumnya menyatakan kesediaannya datang ke Turki dan menunggu kehadiran Putin. Namun, daftar delegasi Rusia yang dirilis Kremlin Rabu (14/5) malam tidak mencantumkan nama Putin, mengisyaratkan kegagalan diplomasi tingkat tinggi.

Kremlin menjelaskan, delegasi yang dikirim terdiri dari negosiator profesional yang telah terlibat dalam pembicaraan sebelumnya. Namun, Zelensky menilai langkah ini sebagai bukti kurangnya komitmen Moskow. “Kami datang dengan niat tulus, tetapi pihak Rusia justru mengirim utusan tanpa kewenangan penuh,” kritiknya.

Trump, yang disebut-sebut sebagai mediator potensial, membatalkan kehadiran setelah mengetahui Putin tidak ikut. “Saya akan terbang ke Turki hanya jika Putin ada di sana,” ujarnya dalam pernyataan terpisah. Absennya dua pemimpin kunci ini memicu skeptisisme terhadap efektivitas perundingan, meski Turki tetap mendorong dialog sebagai jalan de-eskalasi.

Zelensky menegaskan, Ukraina tetap terbuka untuk opsi perdamaian asalkan disertai gencatan senjata dan penarikan pasukan Rusia dari wilayah yang dicaplok. Sejak Februari 2022, perang telah menewaskan puluhan ribu orang dan memicu krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

Analis politik dari Carnegie Endowment, Andrew Weiss, menyebut ketidakhadiran Putin mencerminkan strategi Rusia untuk mempertahankan tekanan militer sembari mengulur waktu. “Putin tak ingin memberi kesan lemah dengan bernegosiasi di tengah situasi stagnan di medan perang,” ujarnya.

Hingga kini, Kremlin belum memberikan tanggapan resmi atas kritik Zelensky. Pertemuan di Istanbul hanya menghasilkan kesepakatan teknis untuk membuka koridor kemanusiaan di Kharkiv, tanpa kemajuan signifikan terkait gencatan senjata atau pertukaran tawanan. Zelensky berharap tekanan internasional dapat memaksa Rusia kembali ke meja perundingan dengan itikad lebih baik. []

Redaksi11

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com