PALANGKA RAYA – Jeritan warga Palangka Raya soal mahal dan langkanya LPG bersubsidi 3 kilogram kian menguat menjelang Natal dan Tahun Baru. Harga gas melon di tingkat pengecer bahkan menembus Rp40.000 hingga Rp45.000 per tabung, hampir dua kali lipat dari Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Keluhan tersebut ramai dibagikan di media sosial. Selain harga yang melambung, warga juga mengaku kesulitan mendapatkan LPG 3 kilogram di pangkalan resmi. Gas bersubsidi itu disebut kerap habis hanya dalam hitungan jam, memaksa masyarakat membeli di pengecer dengan harga tinggi.
Kondisi tersebut terpantau langsung di lapangan. Pada Sabtu (13/12/2025), LPG 3 kilogram menjadi komoditas paling diburu dalam kegiatan Pasar Penyeimbang yang digelar Pemerintah Kota Palangka Raya di Pasar Datah Manuah. Antrean panjang terlihat sejak pagi, dan ratusan tabung gas habis dalam waktu singkat.
Merespons situasi ini, Pemerintah Kota Palangka Raya bergerak cepat. Melalui Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian (DPKUKMP), pemkot menggelar rapat koordinasi lintas sektor bersama Pertamina Patra Niaga Kalimantan Tengah, Polresta Palangka Raya, serta para agen LPG 3 kilogram, Kamis (18/12/2025).
Kepala DPKUKMP Kota Palangka Raya, Samsul Rizal, menegaskan bahwa lonjakan harga bukan terjadi di pangkalan resmi, melainkan di tingkat pengecer. “Kalau harga LPG sebenarnya sudah ada HET-nya. Untuk di Kota Palangka Raya itu Rp22.000 per tabung, sementara di wilayah Bukit Batu Rp23.000. Jadi kalau ada harga Rp40.000, itu terjadi di pengecer,” ujar Samsul.
Ia menjelaskan, meningkatnya kebutuhan menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), ditambah pesatnya pertumbuhan UMKM, menyebabkan lonjakan permintaan LPG bersubsidi. “Fenomenanya karena kebutuhan meningkat, permintaan tinggi. Ini kemudian dimanfaatkan oleh pengecer, sehingga harganya bisa sampai Rp40 ribu,” jelasnya.
Sebagai langkah konkret, Pemkot Palangka Raya menggencarkan operasi pasar LPG 3 kilogram. Operasi pasar direncanakan digelar pada 23–24 Desember, dilanjutkan 27 Desember hingga akhir tahun, dengan dua titik lokasi setiap hari. “Rencana kami operasi pasar dimulai tanggal 23 dan 24 Desember, lalu dilanjutkan lagi 27 sampai akhir tahun. Setiap hari direncanakan di dua titik,” katanya.
Dalam satu kali operasi pasar, satu truk LPG membawa sekitar 400 tabung. Dengan dua titik distribusi, sekitar 800 tabung disalurkan langsung ke masyarakat. “Kami akan fokuskan ke kelurahan-kelurahan dengan tingkat kebutuhan paling tinggi,” tambah Samsul.
Sementara itu, Pertamina Patra Niaga Kalimantan Tengah memastikan pasokan LPG bersubsidi dalam kondisi aman. Untuk Desember 2025, alokasi reguler LPG 3 kilogram mencapai 5.935 metrik ton atau setara 1.978.448 tabung, ditambah extra dropping 234 metrik ton atau sekitar 77.840 tabung guna mengantisipasi lonjakan Nataru. “Alokasi ini kami upayakan maksimal agar kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi,” kata perwakilan Pertamina Patra Niaga Kalimantan Tengah, Dippo Wirya Kitri.
Namun, Dippo menegaskan bahwa HET hanya berlaku hingga tingkat pangkalan. “Kami tidak bisa mengontrol harga di pengecer. Namun, jika ditemukan harga di atas HET di pangkalan atau agen, masyarakat bisa melaporkannya ke Pertamina,” tegasnya.
Saat ini, Kota Palangka Raya memiliki 6 agen LPG dan 444 pangkalan aktif. Pengawasan distribusi juga melibatkan Polresta Palangka Raya guna memastikan gas bersubsidi benar-benar diterima masyarakat yang berhak.
Pemkot berharap operasi pasar dan Pasar Penyeimbang yang digelar rutin selama Desember mampu menekan harga LPG 3 kilogram serta meredam gejolak di tingkat pengecer. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan