Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan
GAZA — Suasana Hari Raya Iduladha di Jalur Gaza, Palestina, diliputi duka mendalam setelah serangan udara Israel pada Jumat (06/06/2025) menewaskan sedikitnya 38 warga sipil, termasuk anak-anak. Serangan terjadi sejak pagi hari dan menghantam sejumlah wilayah padat penduduk, termasuk Jabalia, salah satu kamp pengungsi terbesar di Gaza.
Menurut pejabat pertahanan sipil Gaza, Mohammed al-Mughayyir, sebanyak 11 dari total korban jiwa tewas dalam satu serangan di Jabalia. Serangan ini berlangsung di tengah upaya Israel yang disebut tengah meningkatkan operasi militer untuk menekan kekuatan kelompok Hamas.
Iduladha di Tengah Krisis
Serangan tersebut terjadi saat warga Palestina berusaha merayakan Iduladha — untuk tahun kedua berturut-turut dalam situasi perang. Blokade berkepanjangan dan keterbatasan logistik telah membuat kehidupan warga semakin sulit, termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan dan obat-obatan.
Banyak keluarga tidak dapat melaksanakan tradisi Iduladha seperti biasanya. Kekurangan pangan dan gizi masih melanda sebagian besar warga, bahkan setelah pelonggaran terbatas terhadap blokade bantuan yang sebelumnya berlangsung selama lebih dari dua bulan.
Kisah Seorang Ibu
Dalam suasana penuh kehilangan, seorang ibu warga Gaza bernama Suad al-Qarra membagikan kisah menyentuh tentang putranya yang menjadi korban serangan.
“Dia pergi untuk berpakaian, dan terjadilah ledakan,” ungkap Suad.
“Saya membawanya ke rumah sakit, dan mereka menemukan dia sudah meninggal dunia,” lanjutnya dengan nada pilu.
“Saya membelikan baju Iduladha kemarin, tapi dia tidak sempat memakainya. Dia justru mengenakan kain kafan putih.”
Situasi Kemanusiaan Memburuk
Serangan ini menambah panjang daftar korban sipil dalam konflik yang telah berlangsung selama lebih dari delapan bulan. Organisasi-organisasi internasional, termasuk WHO, sebelumnya telah memperingatkan bahwa sistem kesehatan di Gaza hampir kolaps, dan akses ke layanan medis dasar makin terbatas. [] Adm04
