GAZA – Penderitaan warga Gaza kian berlapis. Saat konflik bersenjata belum sepenuhnya mereda, Badai Byron menghantam wilayah tersebut dan memicu banjir besar di kamp-kamp pengungsian. Sedikitnya 12 orang dilaporkan meninggal dunia, sementara puluhan ribu tenda pengungsi rusak atau hancur diterjang angin kencang dan genangan air.
Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan badai tersebut membawa dampak fatal bagi warga yang tinggal di hunian darurat. “Jumlah korban tewas akibat Badai Byron telah meningkat menjadi 12 orang karena rumah-rumah runtuh akibat angin kencang dan banjir,” bunyi keterangan Kantor Media Pemerintah Gaza dilansir Al Jazeera, Jumat (12/12/2025).
Badai Byron melanda Jalur Gaza pada Kamis (11/12/2025) waktu setempat. Hujan deras disertai angin kencang menyebabkan banjir luas, terutama di wilayah kamp pengungsian yang sejak berbulan-bulan terakhir menjadi tempat berlindung ribuan keluarga terdampak konflik. Sejumlah bangunan yang sebelumnya rusak akibat serangan dilaporkan runtuh karena tidak mampu menahan terjangan cuaca ekstrem.
Otoritas Gaza menyebut kondisi tersebut sebagai situasi darurat yang membahayakan keselamatan warga. “Jalur Gaza telah menyaksikan perkembangan berbahaya, termasuk 12 korban jiwa, termasuk para martir dan orang hilang, sebagai akibat dari dampak badai dan runtuhnya bangunan yang dibom di seluruh provinsi Jalur Gaza,” bunyi pernyataan tersebut.
Data sementara menunjukkan sedikitnya 13 rumah warga runtuh akibat badai. Kerusakan terparah dilaporkan terjadi di lingkungan al-Karama dan Sheikh Radwan, Kota Gaza. Tim pertahanan sipil hingga kini masih berjibaku menanggapi ratusan panggilan darurat dari warga yang terjebak banjir atau tertimpa reruntuhan. “Runtuhnya setidaknya 13 rumah, yang terbaru di lingkungan al-Karama dan Sheikh Radwan di Kota Gaza, dengan tim pertahanan sipil masih menanggapi ratusan panggilan bantuan; banjir dan kerusakan lebih dari 27.000 tenda milik pengungsi, yang terendam, tersapu banjir, atau roboh akibat angin kencang,” tambah keterangan otoritas Gaza.
Situasi ini diperparah oleh terbatasnya akses bantuan kemanusiaan. Otoritas setempat menilai pemblokiran bantuan oleh tentara Israel ke sejumlah lokasi pengungsian membuat warga semakin rentan menghadapi dampak badai.
Dilansir Anadolu Agency, Organisasi Internasional untuk Imigrasi (IOM) memperingatkan bahwa Badai Byron berpotensi mengganggu kehidupan sekitar 795 ribu pengungsi di Gaza. Dalam pernyataannya, IOM menyebut curah hujan lebat telah membanjiri ratusan lokasi pengungsian, bahkan hujan dengan intensitas sedang pun dapat dengan cepat berubah menjadi ancaman serius.
IOM juga menegaskan bahwa meskipun gencatan senjata telah diberlakukan, para pengungsi Palestina masih bertahan di wilayah padat penduduk dengan perlindungan yang sangat terbatas dari naiknya permukaan air. Sejak 10 Oktober, lembaga tersebut mengaku telah mengirimkan lebih dari satu juta barang kebutuhan tempat tinggal, seperti tenda tahan air, selimut termal, tikar tidur, dan terpal. Namun, pasokan tersebut dinilai belum mampu menghadapi banjir besar. Persediaan itu, menurut IOM, “tidak dapat menahan banjir.”
Direktur Jenderal IOM, Amy Pope, menggambarkan situasi kemanusiaan di Gaza sebagai krisis berkepanjangan. “Orang-orang di Gaza telah hidup dalam kehilangan dan ketakutan terlalu lama,” katanya. “Sekarang, setelah badai ini menerjang daratan kemarin, keluarga-keluarga berusaha melindungi anak-anak mereka dengan apa pun yang mereka miliki. Mereka pantas mendapatkan lebih dari ketidakpastian ini. Mereka pantas mendapatkan keselamatan,” imbuhnya.
Keterbatasan akses membuat bantuan penting seperti karung pasir, pompa air, dan bahan bangunan masih tertahan, padahal sangat dibutuhkan untuk memperkuat tempat penampungan. “Kemarin kami menyaksikan banjir yang meluas, dan dengan infrastruktur yang sudah hancur, curah hujan menyebabkan kerusakan parah,” kata Haitham Aqel, pemimpin tim darurat dan bantuan untuk Dewan Perumahan Palestina. “Kami menggunakan karung pasir untuk membuat drainase, tetapi banyak tempat tidur dan kasur orang rusak karena air masuk melalui tenda yang sudah usang,” sambungnya.
Badai Byron kini menambah daftar panjang krisis di Gaza, memperlihatkan betapa rapuhnya kehidupan pengungsi yang terjepit antara konflik berkepanjangan dan bencana alam. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan