Generasi Muda Ramaikan Lomba Manyipet di Palangka Raya

PALANGKA RAYA – Dengan raut wajah serius, para peserta satu per satu mengambil posisi di garis tembak. Sumpit panjang digenggam erat di tangan, diarahkan dengan presisi ke papan sasaran yang berdiri tegak sekitar 20 meter di depan. Tatapan mereka fokus, penuh konsentrasi. Suara napas yang tertahan sesaat, lalu embusan kuat melepaskan damek—anak sumpit—yang melesat menembus udara. Dentuman pelan saat damek menancap di papan target justru terdengar nyaring dalam kesunyian kompetisi.

Demikianlah suasana lomba manyipet dalam rangkaian Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2025 yang digelar di Stadion Tuah Pahoe, Palangka Raya. Lomba ini menampilkan olahraga tradisional khas suku Dayak Kalimantan Tengah yang kini mulai digemari oleh generasi muda. Di tengah cuaca panas dan angin yang tak menentu, para peserta menunjukkan antusiasme tinggi.

Abdillah (19), peserta dari Kabupaten Kapuas, menceritakan bahwa dirinya telah tiba di lokasi sejak 17 Mei 2025 untuk mempersiapkan fisik dan mendapatkan waktu istirahat yang cukup sebelum lomba.

“Saya ikut menyipet sejak 2022. Dulu saya kira ‘sumpit’ itu buat makan mie,” ujarnya sambil tertawa kecil. “Ternyata ini semacam panahan tapi ditiup, menarik banget.”

Ia mengungkapkan bahwa mengatur napas adalah tantangan utama dalam olahraga ini. Menurutnya, kekuatan dan kestabilan napas sangat menentukan arah serta jarak damek.

“Kalau napas nggak stabil, anak sumpitnya bisa jatuh di tengah jalan,” jelasnya.

Norminah (23), peserta dari Kota Palangka Raya, turut berbagi pengalamannya. Ia mulai belajar menyipet sejak mengikuti FBIM tahun 2023 dan kini kembali berlaga dengan semangat yang tak kalah tinggi.

“Tantangan buat saya lebih ke cuaca. Tadi sempat silau dan angin bertiup cukup kencang. Kadang harus nunggu angin reda dulu biar tembakannya akurat,” katanya.

Meski menghadapi berbagai kendala, keduanya merasa bangga dapat menjadi bagian dari pelestarian budaya lokal.

“Sebagai generasi muda, ini tanggung jawab kita juga. Harapannya lomba seperti ini nggak hanya saat FBIM, tapi juga rutin diadakan,” ujar Norminah.

Ketua Juri Manyipet FBIM 2025, Jani Saputra, turut mengapresiasi semangat yang ditunjukkan para peserta. Ia menilai bahwa keterlibatan anak-anak muda menjadi kunci keberlanjutan olahraga tradisional agar tidak tenggelam oleh perkembangan zaman.

Semangat dan dedikasi generasi muda dalam ajang ini menjadi penanda bahwa warisan budaya dapat tetap hidup dan berkembang melalui pelibatan aktif lintas generasi. Festival ini tidak sekadar ajang kompetisi, melainkan ruang penting untuk merawat identitas budaya yang menjadi bagian dari kekayaan bangsa. []

Redaksi11

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
X