KOREA UTARA – Korea Utara kembali menarik perhatian dunia setelah pemimpinnya, Kim Jong Un, melakukan inspeksi ke jalur produksi rudal terbaru di negaranya pada (31/08/2025). Kunjungan tersebut dilakukan menjelang rencananya menghadiri parade militer di Beijing bersama Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Media resmi Korut, KCNA, melaporkan Kim meninjau proses produksi rudal serta sistem otomatisasi yang diklaim mampu memperkuat kemampuan militer negaranya. Dalam kesempatan itu, Kim menyebut bahwa modernisasi fasilitas akan menjadi faktor penting dalam meningkatkan kesiapan tempur pasukan rudal strategis. “Proses produksi yang telah dimodernisasi akan membantu meningkatkan kesiapan tempur unit-unit rudal utama,” ujar Kim sebagaimana dikutip KCNA.
Langkah Kim ini dilakukan saat Pyongyang masih menghadapi sanksi ketat dari Dewan Keamanan PBB terkait program senjata nuklir dan rudal balistiknya. Namun, pengaruh sanksi dinilai semakin melemah karena dukungan politik, ekonomi, dan militer dari Rusia serta Tiongkok kian terbuka. Para pengamat menilai kolaborasi tiga negara itu menunjukkan terbentuknya blok baru yang menantang dominasi Barat dalam isu keamanan global.
Reuters melaporkan bahwa meskipun perekonomian Korea Utara tengah terpuruk, negara tersebut tetap mampu memasok amunisi artileri, rudal, dan bahkan personel militer untuk membantu Rusia di medan perang Ukraina. Kim Jong Un bahkan menyebut tentara Korut yang terlibat dalam konflik tersebut sebagai pahlawan.
Tidak hanya itu, Korea Utara juga menyoroti manuver Amerika Serikat bersama Jepang dan Korea Selatan. Kementerian Luar Negeri Korut menegaskan penolakannya terhadap pernyataan trilateral terbaru yang menuding Pyongyang sebagai ancaman siber. “Kami dengan tegas mengecam dan menolak Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan karena menjadikan ruang siber sebagai arena konfrontasi geopolitik dan propaganda bermusuhan,” demikian keterangan resmi Kemlu Korut.
Juru bicara kementerian tersebut menambahkan, “Semakin Amerika Serikat bersikeras dengan tindakan bermusuhan yang kuno dan jahat terhadap DPRK melalui kolaborasi yang diperkuat dengan negara-negara satelitnya, maka semakin menumpuk pula ketidakpercayaan dan permusuhan antara DPRK dan AS.”
Bagi sejumlah analis, tindakan Kim Jong Un meninjau langsung pabrik rudal tidak sekadar rutinitas internal, melainkan pesan politik yang ditujukan ke dunia internasional. Kehadiran Kim dalam parade militer di Beijing bersama Xi dan Putin nantinya diprediksi akan memperlihatkan kekompakan tiga negara dalam menghadapi tekanan Barat.
Situasi ini menandakan bahwa upaya isolasi Korea Utara melalui sanksi belum sepenuhnya berhasil. Justru, Pyongyang memanfaatkan momentum kerja sama strategis dengan Rusia dan Tiongkok untuk memperkuat posisi tawar di panggung global. Dengan demikian, krisis di Semenanjung Korea tidak hanya berkutat pada isu lokal, tetapi telah menjadi bagian dari persaingan geopolitik antara blok Barat dan poros baru yang mulai terbentuk di Asia. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan