CALIFORNIA – Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Pete Hegseth, mengingatkan bahwa China secara serius tengah mempersiapkan penggunaan kekuatan militer untuk menggeser keseimbangan kekuatan di kawasan Asia. Pernyataan tersebut disampaikan dalam forum Dialog Keamanan Shangri-La yang berlangsung di Singapura pada Sabtu (31/5). Hegseth menegaskan bahwa Amerika Serikat akan tetap hadir dan berkomitmen kuat menjaga keamanan kawasan Indo-Pasifik sebagai respons terhadap langkah China tersebut.
“Ancaman yang ditimbulkan China nyata dan bisa jadi akan segera terjadi,” ujar Hegseth di hadapan para pejabat pertahanan dari berbagai negara. Ia menambahkan bahwa China dengan tegas mempersiapkan diri untuk menggunakan kekuatan militer dalam upaya mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik. Kepala pertahanan AS itu menegaskan bahwa kawasan tersebut merupakan prioritas utama Amerika Serikat, dan berjanji untuk memastikan “China tidak dapat mendominasi kita, atau sekutu dan mitra.”
Selain itu, Hegseth mengungkapkan bahwa militer China tengah mengembangkan kemampuan serangan terhadap Taiwan dan berlatih menghadapi skenario nyata. Amerika Serikat telah memperkuat kerja sama militer dengan sekutu seperti Filipina dan Jepang serta menegaskan kembali komitmen bahwa “China tidak akan menyerang (Taiwan) di bawah pengawasannya.” Namun, ia juga mengimbau sekutu dan mitra AS di kawasan untuk meningkatkan anggaran pertahanan dan “segera meningkatkan pertahanan mereka sendiri.” Ia mencontohkan bahwa sekutu di Asia harus meniru langkah negara-negara Eropa, yang bergerak menuju target pengeluaran militer sebesar lima persen dari produk domestik bruto.
Pernyataan Hegseth muncul di tengah ketegangan yang meningkat antara pemerintahan Presiden AS Donald Trump dengan Beijing terkait perdagangan, teknologi, dan pengaruh geopolitik di wilayah strategis. Trump sejak menjabat pada Januari 2025 melancarkan perang dagang keras terhadap China, membatasi akses China terhadap teknologi kecerdasan buatan, serta mempererat aliansi keamanan dengan negara-negara seperti Filipina yang terlibat sengketa wilayah dengan China.
China diketahui telah memperkuat tekanan militer terhadap Taiwan melalui latihan militer besar-besaran yang dipandang sebagai persiapan blokade atau invasi. Hegseth menyatakan bahwa AS berorientasi kembali pada pencegahan agresi dari China komunis dan menyerukan kepada sekutu untuk segera meningkatkan kemampuan pertahanan dalam menghadapi ancaman tersebut.
Ia juga menuding tindakan China sebagai “peringatan untuk bangun,” dengan tuduhan melakukan serangan siber, mengganggu negara tetangga, serta secara ilegal merebut dan memiliterisasi wilayah di Laut China Selatan. China mengklaim hampir seluruh wilayah perairan tersebut, yang merupakan jalur perdagangan maritim utama dunia, meskipun pengadilan internasional menyatakan klaim tersebut tidak berdasar. Konflik sengketa wilayah dengan Filipina belakangan ini juga menjadi salah satu isu utama dalam forum pertahanan di Singapura.
Meski demikian, Beijing tidak mengirim pejabat tinggi kementerian pertahanan ke pertemuan ini, melainkan mengutus delegasi dari Universitas Pertahanan Nasional Tentara Pembebasan Rakyat. Di tengah dinamika ini, ketegangan perdagangan juga meningkat setelah Trump menuduh China melanggar kesepakatan pengurangan tarif, sementara negosiasi kedua negara masih menemui jalan buntu. []
Redaksi11