Hubungan Ekonomi Tiongkok-Iran Makin Erat Lewat Jalur Kereta Api Baru

TIONGKOK – Kereta api komersial penghubung Tiongkok dan Iran resmi mulai beroperasi, menandai era baru dalam hubungan ekonomi kedua negara yang selama ini menghadapi tekanan dari Amerika Serikat. Kereta kargo pertama dari Kota Xi’an, Tiongkok timur, tiba di pelabuhan darat Aprin dekat Teheran, Iran, pada Rabu (29/05/2025), menandai tonggak penting dalam kerja sama transportasi lintas benua di tengah upaya AS untuk menekan perdagangan minyak Iran dan membatasi manuver global Beijing.

Jalur kereta api baru ini lahir dari perjanjian senilai USD 400 miliar yang diteken oleh Tiongkok dan Iran pada 2021 dalam kerangka kerja sama Belt and Road Initiative (BRI). Selain mempererat hubungan ekonomi kedua negara, rute ini secara strategis juga memotong ketergantungan terhadap jalur laut yang selama ini diawasi ketat oleh armada Amerika.

Jalur darat ini mengurangi waktu pengiriman dari 30–40 hari via laut menjadi hanya sekitar 15 hari. Jalur ini menawarkan alternatif yang lebih aman bagi Tiongkok untuk mengakses pasar Eropa, terutama setelah Laut Merah terganggu oleh konflik bersenjata dan serangan terhadap kapal niaga. Di sisi lain, Iran mendapatkan jalur ekspor yang tidak mudah dipantau oleh Washington, meningkatkan kapasitas negara itu dalam menghindari sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat.

“Amerika Serikat akan menggunakan semua cara yang tersedia, termasuk sanksi terhadap entitas yang berbasis di negara ketiga, untuk mengungkap dan mengganggu skema Iran dalam pengadaan peralatan dan barang-barang yang mendukung program rudal balistiknya, yang mengganggu stabilitas Timur Tengah dan sekitarnya,” ujar Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataan resminya.

Pada Maret lalu, AS menjatuhkan sanksi terhadap terminal minyak Huaying Huizhou di Tiongkok karena membeli dan menyimpan minyak dari Iran. Kemudian pada April, sanksi baru dijatuhkan kepada sejumlah perusahaan dan individu dari Iran, Uni Emirat Arab, dan Tiongkok yang dituding terlibat dalam pengadaan komponen untuk sistem drone dan rudal balistik Iran.

Langkah-langkah AS tersebut dinilai oleh pengamat sebagai bagian dari strategi “tekanan maksimum” untuk membatasi pengaruh Iran. Namun, peluncuran jalur kereta ini justru menjadi bukti bahwa sanksi tersebut tidak mampu sepenuhnya membendung perluasan hubungan ekonomi Iran-Tiongkok.

Menurut otoritas Iran, rute baru ini akan membuka peluang signifikan untuk memperkuat ekonomi nasional. Minyak Iran kini memiliki pembeli tetap, sedangkan Iran dapat mengakses produk teknologi dan industri dari Tiongkok yang sebelumnya sulit dijangkau akibat sanksi Barat.

Perkembangan ini juga berpotensi berdampak pada India. Negeri itu sebelumnya telah merencanakan pembangunan jalur kereta api dari Pelabuhan Chabahar ke Kota Zahedan untuk menghubungkan India dengan Afghanistan dan Asia Tengah. Namun, proyek tersebut terhenti karena India cenderung menjaga hubungan erat dengan Washington.

Sementara Iran merasa skeptis untuk mencapai kesepakatan baru dengan AS, jalur kereta darat yang baru ini membuka celah baru bagi negara itu untuk menavigasi tekanan ekonomi. Di saat yang sama, Tiongkok memperluas jangkauan logistik dan diplomatiknya ke kawasan Timur Tengah dan Eropa, sekaligus memperkuat kemitraannya dengan Iran yang selama ini terisolasi.

Langkah Tiongkok mengintegrasikan Iran ke dalam sistem ekonomi transnasionalnya juga menjadi sinyal bahwa Beijing tidak akan membiarkan tekanan Amerika mengatur arah kebijakan luar negerinya. Kini, dengan kereta yang telah melintas dari Xi’an ke Teheran, kemitraan kedua negara memasuki fase yang lebih konkret dan penuh konsekuensi strategis. []

Redaksi11

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
X