HUT Desa Selerong Berujung Aib, Kades Badrun Diserbu Kecaman Warga

KUTAI KARTANEGARA – Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-107 Desa Selerong, Kecamatan Sebulu, Kutai Kartanegara, pada Sabtu (18/10/2025) malam lalu, berubah menjadi skandal yang mencoreng nama desa. Acara yang menghadirkan hiburan musik Disc Jockey (DJ) menuai kecaman setelah penampilan seorang penari dengan busana minim, yang dianggap tidak senonoh, viral di media sosial. Warganet menuding Pemerintah Desa Selerong, khususnya Kepala Desa (Kades) Badrun, gagal mengawasi acara hingga memicu pertunjukan yang dinilai menciderai nilai budaya dan kesopanan.

Klarifikasi Badrun justru memicu ketidakpuasan warga. Ia mengaku telah meminta penari mengganti pakaian, namun kesalahpahaman membuat penari tampil hanya dengan pakaian dalam. “Aku menyuruh ganti baju, bukan pakai baju itu (dalaman), tetapi si penari sudah sempat keluar panggung dan orang-orang sempat foto dan video. Salah paham, maksud saya ganti jangan seperti itu. Masa iya saya kades kemudian sudah menyandang status haji menyuruh yang seperti itu,” ujar Badrun kepada media, Senin (20/10/2025). Ia juga membantah tuduhan membayar Rp2 juta untuk aksi tersebut, menegaskan bahwa anggaran Rp7 juta hanya untuk penampilan DJ, dua penari, dan MC.

Namun, penjelasan ini dianggap warga sebagai alasan yang lemah dan tidak meyakinkan. “Klarifikasinya tidak masuk akal, bahkan bertentangan dengan keterangan pihak lain. Warga jadi makin tidak percaya,” ungkap seorang warga Selerong yang enggan disebutkan namanya, Selasa (21/10/2025). Warga juga mengkritik sikap Badrun yang jarang hadir di kegiatan publik dan sulit ditemui di kantor desa. “Sejak dulu beliau jarang hadir di kegiatan kecamatan atau kabupaten. Di kantor desa pun sebulan bisa dihitung jari,” tambahnya.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kutai Kartanegara, Arianto, menegaskan bahwa Badrun harus bertanggung jawab penuh atas kegiatan yang menggunakan nama desa. “Jika itu acara desa, tentu kadesnya harus bertanggung jawab dan meminta maaf kepada masyarakat desa karena sudah mencoreng nama Desa Selerong,” tegas Arianto, Rabu (22/10/2025). Ia juga menyarankan Badrun melaporkan penari ke pihak berwajib jika aksi tersebut memang inisiatif pribadi.

Kekecewaan warga semakin memuncak karena masalah ini bukanlah yang pertama. Mereka menyoroti ketidaktransparanan anggaran desa dan minimnya dukungan untuk kegiatan masyarakat. “Setiap acara, panitia sering mengeluh. Bantuan dari desa paling-paling hanya beras satu karung, padahal acara bisa berlangsung berhari-hari,” keluh warga lain. Situasi ini diperparah oleh ketakutan perangkat desa untuk bersuara karena khawatir kehilangan jabatan.

Akibat insiden ini, agenda lanjutan HUT Desa Selerong, termasuk acara haulan, ditunda. Badrun mengaku ikhlas menghadapi tudingan, dengan berkata, “Emas tetaplah emas, biar ditutupi lumpur apapun itu ya tetap emas.” Namun, pernyataan ini dinilai warga sebagai upaya menghindari tanggung jawab. Masyarakat mendesak evaluasi menyeluruh terhadap kinerja Badrun, termasuk pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah kabupaten, agar kepercayaan publik terhadap pemerintahan desa dapat dipulihkan. Insiden ini menjadi cerminan buruknya pengelolaan acara desa dan memicu tuntutan perubahan kepemimpinan yang lebih akuntabel.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com