BONTANG – Insiden ibu dan anak terjatuh ke sungai saat melintas di jembatan alternatif Jalan Tari Dewa-dewa, Kelurahan Guntung, Kecamatan Bontang Utara, Kamis (16/10/2025), mendadak viral di media sosial.
Rekaman video memperlihatkan seorang ibu bersama anak berseragam sekolah kehilangan keseimbangan saat mengendarai sepeda motor di atas jembatan kayu selebar satu meter, sebelum akhirnya terjun ke sungai. Beruntung, keduanya berhasil diselamatkan oleh warga yang berada di sekitar lokasi.
Peristiwa itu bukan sekadar kecelakaan biasa. Kejadian tersebut membuka kembali sorotan publik terhadap lambannya penyelesaian proyek pembangunan Jembatan Guntung, yang telah lama ditunggu warga.
Ketua DPRD Bontang, Andi Faizal Sofyan Hasdam, menilai kejadian ini menjadi alarm bagi pemerintah daerah untuk segera menuntaskan proyek tersebut. “Sudah kita anggarkan Rp7 miliar untuk pembangunan jembatan tahun depan. Harapan kami, dinas terkait bisa segera menyusun tahapan agar pembangunan dimulai awal 2026,” ujarnya.
Jembatan yang digunakan korban sejatinya hanya merupakan akses alternatif menuju Kelurahan Guntung. Struktur jembatan itu masih sederhana dan belum layak digunakan karena sebagian besar jalan masih berupa tanah.
Lurah Guntung, Denny Febrian, membenarkan peristiwa tersebut dan menegaskan bahwa jalur tersebut langsung ditutup setelah insiden terjadi. “Tadi pagi ada insiden. Sekarang jembatan itu sudah kami tutup,” katanya.
Ia juga mengimbau warga agar menggunakan jalur utama sementara waktu demi keselamatan bersama. “Warga diminta lewat jalan utama dulu karena pembangunan masih berjalan. Di samping jembatan itu memang ada jalan lebih lebar, tapi masih berupa tanah. Kami minta warga tetap waspada,” tambahnya.
Penundaan pembangunan Jembatan Guntung sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun sebelumnya akibat keterbatasan anggaran. Pemerintah sempat memasang jembatan bailey sebagai solusi sementara untuk menjaga akses transportasi, namun kondisinya jauh dari ideal.
Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUPR Kota Bontang, Anwar Nurdin, menjelaskan bahwa jembatan bailey hanyalah solusi darurat. “Jembatan bailey akan memastikan akses tetap terbuka. Namun, pembangunan jembatan gantung yang lebih permanen memang sangat dibutuhkan untuk mendukung mobilitas warga dan kemajuan kawasan ini,” katanya.
Rencana pembangunan jembatan baru senilai Rp7 miliar tersebut akan kembali diusulkan dalam anggaran 2026. Tanpa jembatan permanen, akses menuju Kelurahan Guntung dan RT 14 masih terbatas, meskipun jalan baru menuju kawasan itu telah rampung dengan pintu masuk di samping Hotel Equator.
“Kami berharap solusi jembatan bailey cukup untuk sementara, meskipun bukan solusi permanen,” ujar Anwar.
Insiden di Guntung menjadi pengingat bahwa proyek infrastruktur tidak hanya soal beton dan anggaran, melainkan juga keselamatan publik. Warga berharap agar kejadian serupa tidak terulang dan proyek jembatan segera direalisasikan.
Pemerintah Kota Bontang kini menunggu pengesahan anggaran 2026 sebelum memulai pembangunan jembatan baru. Sementara itu, jalur alternatif tetap ditutup untuk mencegah kecelakaan lanjutan.
“Untuk jalan utama, kami masih menunggu keputusan bersama dengan PT Pupuk Kaltim,” pungkas Anwar.
Peristiwa ibu dan anak yang nyaris kehilangan nyawa di sungai menjadi potret nyata bagaimana keterlambatan proyek publik dapat berujung pada bahaya. Sebuah pelajaran pahit bahwa keselamatan warga semestinya tidak menunggu tahun anggaran berikutnya. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan