ARAB SAUDI – Ibadah haji tahun 2025 mencatat penurunan jumlah jemaah yang signifikan, menjadikannya yang terendah dalam tiga dekade terakhir jika masa pandemi Covid-19 dikecualikan. Berdasarkan laporan resmi Kementerian Haji Arab Saudi, hanya sekitar 1,67 juta umat Muslim yang menunaikan ibadah haji tahun ini.
Angka tersebut turun sekitar 160 ribu dari tahun sebelumnya, dan jauh dari masa sebelum pandemi yang biasa mencatat lebih dari dua juta peserta. Bahkan, rekor tertinggi pada 2012 menunjukkan lebih dari 3,16 juta jemaah memadati Tanah Suci.
Belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Saudi soal penurunan ini. Namun, analis menilai sejumlah faktor turut berperan, mulai dari tekanan ekonomi global, nilai tukar mata uang yang melemah di banyak negara, hingga cuaca ekstrem di kawasan Teluk. “Inflasi dan biaya logistik menjadi faktor utama pengurang antusiasme,” ujar seorang pengamat ekonomi syariah di Jeddah.
Selain itu, sistem verifikasi dan penyaringan jemaah yang semakin ketat juga dianggap berpengaruh terhadap angka tersebut. Pemerintah Saudi dalam beberapa tahun terakhir memang menerapkan regulasi baru untuk memastikan keamanan dan kenyamanan pelaksanaan ibadah.
Meski demikian, semangat jemaah tetap tinggi. Pada Kamis (5/6), jutaan orang tetap berkumpul di Padang Arafah untuk menjalani wukuf, ritual puncak haji yang penuh makna. Arafah dikenal sebagai tempat Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbah terakhirnya pada haji wada’. “Tak ada satu pun jemaah haji yang tertinggal di Arafah,” tegas Menteri Agama RI dalam keterangan persnya.
Keesokan harinya, para jemaah bergerak ke Mina untuk melaksanakan lempar jumrah, yang melambangkan penolakan terhadap godaan setan. Ritual ini tetap dijalankan dalam pengamanan ketat dan suhu udara yang mencapai lebih dari 40 derajat Celsius.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meski jumlahnya berkurang, dimensi spiritual dan tekad para jemaah tidak luntur. Bagi umat Muslim, ibadah haji bukan sekadar kewajiban, tapi juga perjalanan batin yang tak tergantikan. []