TARAKAN – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), Hasiando Ginsar Manik, menyampaikan bahwa inflasi gabungan tiga kabupaten/kota yang tergabung dalam Indeks Harga Konsumen (IHK) di wilayah Kaltara pada Maret 2025 tercatat sebesar 2,16 persen secara bulanan (month to month/mtm), dan mencapai 1,24 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Angka inflasi tahunan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi nasional yang berada di posisi 1,03 persen (yoy). Dalam penjelasannya, Hasiando mengungkapkan bahwa lonjakan inflasi bulanan tersebut terutama didorong oleh peningkatan harga pada beberapa kelompok pengeluaran, salah satunya adalah Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga.
“Kontribusi terbesar datang dari kenaikan tarif listrik dengan andil inflasi sebesar 1,78 persen, seiring berakhirnya program diskon listrik yang berlaku pada Januari dan Februari 2025,” ujar Hasiando saat memberikan keterangan pers di Tarakan, Kamis (17/4/2025).
Program diskon listrik tersebut mengacu pada Keputusan Menteri ESDM No. 348.K/TL.01 yang memberikan potongan sebesar 50 persen bagi pelanggan rumah tangga dengan daya di bawah 2.200 VA.
Selain sektor energi, peningkatan inflasi juga dipicu oleh naiknya harga bahan pangan. Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau turut menyumbang inflasi, terutama dari komoditas seperti cabai rawit (andil 0,35 persen), bawang merah (0,05 persen), dan jagung manis (0,05 persen).
“Kenaikan harga cabai rawit disebabkan oleh curah hujan tinggi yang menurunkan hasil panen, sementara permintaan meningkat selama Ramadhan,” jelas Hasiando.
Komoditas lainnya yang memberi andil adalah emas perhiasan, sebesar 0,06 persen, karena permintaan yang meningkat. Lonjakan permintaan ini dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global dan ketegangan perang tarif antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya, yang membuat masyarakat mencari aset safe haven.
Meski terdapat tekanan dari berbagai faktor, baik eksternal maupun domestik seperti gangguan pasokan dan kebijakan tarif impor dari luar negeri, Hasiando memastikan bahwa inflasi di Kaltara masih dalam batas terkendali.
“TPID Kaltara terus bersinergi menjaga stabilitas harga melalui kerangka 4K, yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif,” tegasnya.
Adapun sejumlah langkah strategis telah dilakukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), antara lain pelaksanaan lebih dari 220 kegiatan pasar murah di berbagai wilayah Kaltara, penerapan praktik pertanian yang baik (Good Agriculture Practices/GAP) untuk komoditas cabai merah dengan sistem irigasi tetes, serta bantuan sarana produksi pertanian.
Tak hanya itu, TPID juga aktif dalam memperkuat komunikasi publik melalui berbagai kegiatan seperti High Level Meeting, operasi pasar, inspeksi mendadak ke pasar, dan kampanye belanja bijak yang disiarkan melalui media sosial dan radio lokal.[]
Redaksi10