Iran Eksekusi, Keadilan Mati

TEHERAN – Iran kembali memamerkan kekuasaan hukumnya dengan mengeksekusi enam orang yang disebut sebagai anggota “kelompok teroris” di provinsi Khuzestan. Hukuman mati itu dilaksanakan pada dini hari, di bawah bayang-bayang sistem peradilan yang kerap dikritik tertutup dan tidak transparan.

“Hukuman mati untuk enam elemen teroris separatis, yang dalam beberapa tahun terakhir telah melakukan serangkaian operasi bersenjata dan pengeboman yang menargetkan keamanan di provinsi Khuzestan, dilaksanakan pada dini hari ini,” tulis situs resmi pengadilan Mizan seperti dilansir AFP, Sabtu (04/10/2025).

Namun hingga kini, publik tidak diberi tahu siapa para terpidana itu. Identitas mereka ditutup rapat, begitu pula proses hukum yang menjerat mereka hingga ke tiang gantungan. Tidak ada laporan mengenai bukti yang dihadirkan di pengadilan, pembelaan, atau kemungkinan pengakuan yang didapat melalui tekanan.

Media pemerintah hanya menegaskan bahwa keenam orang tersebut dituduh terlibat dalam pembunuhan empat aparat keamanan dua polisi dan dua anggota pasukan paramiliter Basij antara tahun 2018 hingga 2019. Mizan juga menyebut para terpidana “mengaku” telah membuat dan menanam bom serta meledakkan SPBU di Khorramshahr.

Di Iran, “pengakuan” semacam itu bukan hal baru. Banyak aktivis dan kelompok HAM internasional menilai bahwa pengakuan dalam kasus politik kerap diperoleh lewat interogasi keras dan intimidasi.

Iran, seperti biasa, mengaitkan tindakan kelompok bersenjata dengan musuh lamanya: Israel. Tanpa bukti terbuka, otoritas menuding mereka terhubung dengan “rezim Zionis”. Tuduhan itu menjadi pola klasik rezim Teheran untuk membungkam lawan politik di dalam negeri dengan dalih keamanan nasional.

Tak berhenti di situ, pada hari yang sama, pengadilan juga menghukum gantung seorang pria bernama Saman Mohammadi, yang dituduh “mengobarkan perang melawan Tuhan” atau Moharebeh. Ia diklaim terlibat dalam pembunuhan imam salat Jumat di Sanandaj pada 2009, serta perampokan bersenjata dan penculikan.

Padahal, Mohammadi telah ditahan sejak 2013 lebih dari satu dekade lalu. Eksekusinya kini menambah daftar panjang warga Iran yang dihukum mati tanpa pengawasan independen.

Eksekusi tersebut datang hanya seminggu setelah pemerintah Iran juga menghukum gantung seorang yang disebut sebagai mata-mata Israel. Amnesty International dan kelompok HAM lain menegaskan bahwa Iran kini menjadi negara dengan eksekusi terbanyak kedua di dunia setelah Tiongkok sebuah “prestasi kelam” yang menunjukkan betapa nyawa manusia begitu murah di bawah rezim otoriter.

Ironisnya, dunia internasional tampak diam. Tidak ada gelombang kecaman besar dari negara-negara Barat, apalagi tindakan nyata dari lembaga hak asasi manusia PBB. Di tengah sorotan global terhadap konflik Timur Tengah, jeritan warga Iran yang dihukum mati tanpa keadilan nyaris tak terdengar.

Rezim Teheran seolah ingin mengirim pesan: siapa pun yang melawan, akan digantung  cepat atau lambat. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com