Iran Ganti Sistem Pertahanan Rusak, Siap Hadapi Ketegangan Baru

TEHERAN – Pemerintah Republik Islam Iran mengumumkan bahwa seluruh sistem pertahanan udara yang rusak akibat konflik bersenjata dengan Israel bulan lalu telah diganti. Dengan demikian, Teheran menyatakan bahwa kemampuan pertahanannya kini telah kembali pulih secara menyeluruh.

“Israel berusaha menghancurkan kemampuan pertahanan Iran, dan beberapa sistem pertahanan udara kami mengalami kerusakan dalam konflik tersebut. Namun, semua sistem itu telah diganti,” ujar Jenderal Mahmoud Mousavi, Wakil Kepala Staf Operasi Militer Iran, dalam pernyataan resmi pada Minggu (20/07/2025).

Menurut Jenderal Mousavi, serangan awal yang dilakukan militer Israel pada pertengahan Juni menargetkan langsung instalasi radar dan sistem rudal pertahanan udara Iran. “Rencana mereka adalah menetralkan pertahanan udara Iran. Namun kami berhasil mempertahankan wilayah udara kami. Musuh gagal mencapai tujuannya meskipun telah mengerahkan segala upaya,” tegasnya.

Iran memiliki berbagai sistem pertahanan udara, mulai dari jarak pendek hingga jarak jauh. Beberapa sistem dikembangkan secara mandiri, seperti Bavar-373 dan Khordad-15. Selain itu, Iran juga mengoperasikan sistem S-300 buatan Rusia, yang dibeli pada tahun 2016 dalam bentuk empat baterai.

Hingga saat ini, belum ada laporan resmi yang menguraikan secara rinci tingkat kerusakan sistem pertahanan Iran selama konflik berlangsung. Namun, pernyataan mengenai penggantian cepat sistem-sistem yang terdampak menunjukkan upaya intensif Teheran untuk memulihkan stabilitas militer di tengah ketegangan kawasan.

Konflik bersenjata antara Iran dan Israel dimulai pada pagi hari, 13 Juni 2025, ketika militer Israel meluncurkan serangan udara preemptif ke sejumlah target strategis milik Iran. Target utama dari serangan tersebut adalah fasilitas militer dan kompleks nuklir yang dinilai berpotensi digunakan dalam pengembangan senjata nuklir.

Serangan awal tersebut memicu rangkaian balasan dari Iran, yang kemudian berkembang menjadi konfrontasi bersenjata selama beberapa hari. Ketegangan baru mereda setelah tercapainya kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat.

Data yang dihimpun selama konflik menunjukkan bahwa jumlah korban tewas di Iran melebihi 1.000 orang, sementara di pihak Israel sedikitnya 28 orang dilaporkan meninggal dunia. Meski demikian, hingga kini belum dapat dipastikan secara menyeluruh dampak terhadap program nuklir Iran.

Menurut laporan NBC News tertanggal 18 Juli 2025, dari tiga fasilitas nuklir utama milik Iran, hanya satu yang mengalami kehancuran signifikan akibat serangan gabungan Israel dan Amerika Serikat. Laporan tersebut belum dikonfirmasi oleh pihak berwenang Iran.

Pemerintah Iran menyatakan komitmennya untuk tetap mempertahankan kekuatan militernya dan menegaskan tidak akan gentar terhadap tekanan atau ancaman dari luar negeri.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com