JAKARTA – Di tengah memanasnya konflik antara Iran dan Israel, prospek keberhasilan perundingan nuklir antara Teheran dan Washington tampaknya semakin buram. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, secara terbuka menyatakan keraguannya terhadap niat baik Amerika Serikat dalam melanjutkan dialog yang sejatinya ditujukan untuk meredakan ketegangan di kawasan. “Apakah mereka benar-benar ingin mencapai solusi yang dinegosiasikan, atau justru punya rencana lain untuk menyerang Iran?” ujar Araghchi dalam wawancara dengan NBC News di Jenewa, di sela-sela pertemuan dengan perwakilan Eropa, seperti dilansir Al Jazeera, Jumat (20/06/2025).
Menurut Araghchi, sulit bagi Teheran untuk kembali menaruh kepercayaan pada AS, terutama setelah eskalasi militer yang belakangan terjadi. Ia menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan Washington justru mengkhianati semangat diplomasi. “Kami tidak tahu bagaimana kami bisa mempercayai mereka lagi,” tegasnya. “Apa yang mereka lakukan sebenarnya adalah pengkhianatan terhadap diplomasi.”
Sejak awal 2025, pemerintahan Presiden Donald Trump sejatinya telah membuka jalur komunikasi dengan Iran, berupaya menghidupkan kembali kesepakatan nuklir yang mandek. Putaran awal perundingan berlangsung pada April di Oman dan direncanakan berlanjut pekan lalu.
Namun, semua rencana itu terhambat pasca serangan udara Israel pada 13 Juni yang menghantam berbagai fasilitas militer dan nuklir di Iran, serta menewaskan sejumlah ilmuwan nuklir dan pejabat senior. Insiden itu membuat Teheran membatalkan keikutsertaannya dalam dialog yang dijadwalkan, sekaligus memicu serangan balasan ke posisi-posisi Israel.
Di tengah situasi ini, Presiden Trump disebut tengah menimbang keputusan besar: apakah akan melibatkan AS lebih jauh dalam konflik atau tetap menahan diri. “Presiden akan menentukan dalam dua pekan ke depan apakah AS akan turut melancarkan serangan terhadap Iran,” ungkap juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt.
Menurut Leavitt, Iran kini memiliki semua prasyarat teknis untuk memproduksi senjata nuklir, yang hanya tinggal menunggu keputusan politik dari pemimpin tertinggi Iran. “Itu adalah ancaman nyata, bukan hanya bagi Israel, tetapi juga bagi AS dan seluruh dunia,” ujar Leavitt. Ia menambahkan bahwa konsensus internasional—termasuk Rusia—adalah bahwa Iran tidak boleh dan tidak bisa dibiarkan memiliki senjata nuklir.
Iran sendiri berulang kali membantah tudingan bahwa mereka tengah mengembangkan senjata nuklir, bersikeras bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. []
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan