GAZA – Militer Israel mengonfirmasi telah melakukan serangan udara terhadap dua lokasi peluncuran roket di Jalur Gaza pada Senin (24/02/2025). Serangan ini terjadi setelah sebuah roket ditembakkan dari salah satu lokasi tersebut dan jatuh di wilayah Palestina.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan militer Israel, serangan ini merupakan yang ketiga kalinya dalam dua pekan terakhir, di mana pasukan Israel menargetkan fasilitas di Gaza. Militer Israel menjelaskan bahwa serangan kali ini terjadi setelah mereka mengidentifikasi peluncuran proyektil yang jatuh di dalam Jalur Gaza.
“Setelah peluncuran proyektil terdeteksi, kami langsung menyerang lokasi peluncuran pertama, serta satu lokasi peluncuran tambahan yang ada di daerah tersebut,” ujar pihak militer dalam keterangannya.
Serangan udara ini semakin menambah ketegangan di tengah gencatan senjata yang rentan, yang sudah berlangsung sejak 19 Januari. Gencatan senjata ini, yang dimulai setelah lebih dari 15 bulan kekerasan, dijadwalkan berakhir pada awal Maret mendatang. Namun, hingga kini belum ada kesepakatan yang dicapai mengenai bagaimana fase berikutnya dapat memperkuat perjanjian gencatan senjata tersebut.
Pada Minggu (23/2), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan kesiapan negaranya untuk melanjutkan perang kapan saja, setelah Israel menangguhkan pembebasan sejumlah tahanan Palestina yang dijanjikan dalam kesepakatan gencatan senjata. Sebelumnya, sejak gencatan senjata dimulai, militan Gaza telah membebaskan 25 sandera Israel yang masih hidup, sebagai imbalan atas pembebasan lebih dari 1.100 tahanan Palestina dari penjara Israel.
Namun, Hamas menegaskan bahwa mereka tidak akan melanjutkan perundingan gencatan senjata tahap kedua sampai Israel membebaskan 602 tahanan Palestina yang masih berada dalam penjara Israel. Pihak Hamas juga menilai penundaan tersebut sebagai bentuk pelanggaran gencatan senjata, yang menurut mereka membahayakan kelanjutan perjanjian tersebut.
Ketegangan yang terus meningkat ini menunjukkan bahwa meskipun ada upaya untuk meredakan situasi, perundingan dan kesepakatan gencatan senjata masih sangat rapuh dan rentan terhadap pelanggaran dari kedua belah pihak. []
Redaksi03