Jepang Protes Manuver Berbahaya Jet Tempur Tiongkok di Pasifik

TOKYO – Pemerintah Jepang menyampaikan keprihatinan mendalam kepada Tiongkok menyusul manuver udara yang dinilai berbahaya oleh pesawat tempur Tiongkok terhadap pesawat patroli Jepang di kawasan Pasifik akhir pekan lalu. Insiden itu terjadi pada tanggal 7 dan 8 Juni, bertepatan dengan momen pertama kalinya dua kapal induk Tiongkok, Shandong dan Liaoning, terpantau beroperasi secara bersamaan di wilayah tersebut.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshimasa Hayashi, dalam pernyataan pada Kamis (12/06), mengatakan, “Kami telah menyampaikan keprihatinan serius kepada pihak Tiongkok dan secara tegas meminta agar insiden serupa tidak terulang.” Pernyataan tersebut merujuk pada dua insiden di mana pesawat tempur Tiongkok dilaporkan terbang sedekat 45 meter dari pesawat militer Jepang.

Menurut keterangan Kementerian Pertahanan Jepang, pada Sabtu, sebuah jet tempur J-15 milik kapal induk Shandong membayangi pesawat patroli P-3C Jepang selama kurang lebih 40 menit. Keesokan harinya, insiden serupa kembali terjadi. Kali ini, pesawat J-15 disebut membuntuti pesawat P-3C hingga 80 menit dan sempat melintas di depan pesawat Jepang pada jarak hanya sekitar 900 meter.

Kementerian Pertahanan Jepang tidak mengungkap apakah insiden dua hari berturut-turut itu melibatkan pesawat yang sama. Namun, dipastikan bahwa pesawat P-3C tersebut berasal dari Pasukan Bela Diri Maritim Jepang yang berbasis di Okinawa dan tengah menjalankan misi pengawasan di atas perairan internasional di wilayah Pasifik.

Dalam pernyataan resminya pada Rabu (11/06), Kementerian Pertahanan menyebut, “Pendekatan yang tidak lazim oleh pesawat militer Tiongkok berpotensi menyebabkan tabrakan yang tidak disengaja.” Pernyataan itu juga disertai dengan foto jarak dekat pesawat J-15 yang diambil pada hari Minggu. Meski demikian, tidak ada kerusakan atau korban dari pihak Jepang dalam kejadian tersebut.

Hayashi menambahkan bahwa pemerintah Jepang akan terus menjaga komunikasi dengan pemerintah Tiongkok di berbagai tingkatan, serta memastikan pemantauan udara di wilayah sekitar negaranya tetap berjalan secara ketat.

Sebelumnya, Tokyo menyatakan bahwa kehadiran kapal induk Shandong dan Liaoning di Pasifik merupakan indikator bahwa Beijing berniat memperluas kemampuan militernya ke luar wilayah perbatasannya. Pemerintah Tiongkok menanggapi pernyataan tersebut dengan menyebut kegiatan tersebut sebagai bagian dari latihan rutin dan bukan ditujukan untuk negara tertentu.

Insiden manuver berbahaya antara pesawat militer kedua negara bukanlah yang pertama terjadi. Pada tahun 2014, Jepang juga memprotes tindakan pesawat militer Tiongkok yang terbang hanya sekitar 30 meter dari pesawat Jepang di atas Laut Cina Timur. Ketegangan semacam ini mempertegas pentingnya pengaturan komunikasi dan protokol pengamanan udara di kawasan yang semakin diperebutkan.

Kondisi ini turut mencerminkan meningkatnya dinamika militer di kawasan Asia Timur dan Pasifik, yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi fokus utama berbagai kekuatan global. Jepang dan Tiongkok, dua negara dengan sejarah panjang dan hubungan diplomatik yang kerap diwarnai ketegangan, kini menghadapi tantangan baru dalam menjaga stabilitas kawasan. []

Redaksi11

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
X