Kaltara Menyala Aluminium Perdana Siap Dilepas

BULUNGAN – Upaya mewujudkan kawasan industri hijau di Kalimantan Utara mulai menunjukkan hasil nyata. PT Kalimantan Aluminium Industri (KAI) memastikan produksi perdana aluminium di Desa Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur, akan dimulai bulan depan.

Presiden Direktur PT KAI, Wito Krisnahadi, menegaskan bahwa tahap awal produksi ini akan dimulai dengan kapasitas 100 ribu ton aluminium. Meskipun jumlah tersebut belum besar, Wito menyebut proses produksi akan dilakukan secara bertahap hingga mencapai setengah juta ton per tahun.

“Kita akan target produksi 500 ribu ton per tahun, tetapi untuk bulan depan kita up to 100 ribu ton dulu. Jadi bertahap sifatnya dari tahun ke tahun,” ucap Wito Krisnahadi, Rabu (12/11/2025).

Wito menjelaskan, kebutuhan utama dalam produksi aluminium adalah pasokan listrik yang stabil. Tanpa suplai energi yang berkesinambungan, aktivitas peleburan logam atau smelter tidak dapat berjalan optimal.

“Progres pembangunan kami secara fisik mungkin sudah 70-80 persen selesai. Tetapi ketergantungan terhadap listrik yang membuat kita memastikan development dan produksi smelter berjalan maksimal,” sebutnya.

Dalam tahap awal, PT KAI menyiapkan sejumlah pembangkit listrik untuk menopang operasional smelter di kawasan industri hijau tersebut. Namun, ketersediaan energi menjadi salah satu faktor krusial yang dapat menentukan keberlanjutan produksi di masa depan.

Sementara itu, bahan baku utama smelter berupa alumina akan diprioritaskan dari sumber domestik, terutama dari Kalimantan Barat. Namun, jika pasokan lokal belum mencukupi, perusahaan membuka opsi impor dari luar negeri.

“Namun tidak menutup kemungkinan jika permintaan meningkat dan ketersediaan dari dalam negeri tidak memenuhi tetap akan dilakukan impor dari negara luar seperti Australia,” jelas Wito.

Ia menambahkan, produk aluminium pertama PT KAI diproyeksikan sudah siap akhir tahun ini.

“Jadi bulan depan (Desember) sudah final produk, artinya sudah bisa dipasarkan. Tetapi kita akan mulai memasarkannya tahun depan,” tuturnya.

Pihak perusahaan berharap kehadiran smelter baru ini akan memperkuat industri dasar nasional sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor aluminium yang selama ini cukup tinggi.

“Kebutuhan aluminium di Indonesia ini mencapai 1,2 juta ton setiap tahunnya, jadi kita akan mencoba membuat Indonesia lepas dari ketergantungan impor ini,” tandasnya.

Meski begitu, pengamat industri menilai keberhasilan proyek ini akan sangat ditentukan oleh dua hal: konsistensi pasokan energi dan keberpihakan pada tenaga kerja lokal. Sebab, kawasan industri hijau Bulungan bukan sekadar proyek investasi, tetapi juga simbol transformasi ekonomi Kalimantan Utara menuju basis industri berkelanjutan. []

Fajar Hidayat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com