Kapuas Hulu Terbakar, Pemerintah Masih Tidur

KAPUAS HULU – Api kembali melalap permukiman warga di pedalaman Kalimantan Barat. Kali ini, Dusun Pengembung, Desa Sekulat, Kecamatan Selimbau, menjadi saksi bisu atas kebakaran yang menghanguskan 11 rumah milik 12 kepala keluarga pada Sabtu dini hari sekitar pukul 03.00 WIB.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kapuas Hulu, Gunawan, membenarkan kejadian itu. “Sebagaimana dilaporkan kepada kami, telah terjadi kebakaran rumah warga di Dusun Pengembung, Desa Sekulat, Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu, pada subuh tadi tanggal (04/10/2025) yang menghanguskan sebelas buah rumah yang didiami dua belas kepala keluarga,” ujarnya.

Beruntung, tidak ada korban jiwa. Api baru berhasil dijinakkan sekitar pukul 05.30 WIB setelah warga bergotong royong bersama aparat. Gunawan menuturkan, penyebab sementara kebakaran diduga berasal dari aktivitas pengasapan ikan, tradisi umum warga setempat yang sering dilakukan pada dini hari. “Adapun penyebab kejadian kebakaran dari pengasapan ikan dan kerugian akibat dari kebakaran tersebut masih kami inventarisir,” katanya.

Namun di balik penjelasan itu, muncul pertanyaan yang tak kalah penting  mengapa kebakaran serupa terus berulang di pelosok Kapuas Hulu tanpa ada sistem perlindungan yang layak?

Daerah-daerah pedalaman, seperti Sekulat, tampak terus dibiarkan bertaruh dengan nasib setiap kali api menyala. Tanpa sistem deteksi dini, tanpa peralatan pemadam, dan sering kali tanpa akses jalan yang memungkinkan mobil damkar datang cepat, warga hanya bisa berjuang dengan ember dan doa.

Setiap kali kebakaran terjadi, pemerintah daerah hadir dengan laporan dan pendataan kerugian, tapi tidak dengan solusi jangka panjang. Dari tahun ke tahun, narasinya sama: api, kehilangan, syukur karena tak ada korban jiwa  lalu senyap.

Padahal, kebakaran akibat pengasapan ikan bukan hal baru di wilayah pesisir dan pedalaman Kalbar. Aktivitas ekonomi rakyat kecil ini kerap dijadikan kambing hitam, sementara minimnya edukasi keselamatan, peralatan darurat, hingga standar rumah aman api tak pernah jadi prioritas.

Sebelas rumah kini tinggal abu, menyisakan warga yang kehilangan tempat tinggal dan harapan. Mereka menatap puing-puing di bawah langit yang kembali terang, menunggu kepastian  apakah bencana berikutnya hanya menunggu giliran? []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com