SINGAPURA – Penyakit campak kembali menunjukkan peningkatan signifikan di sejumlah negara kawasan Asia Tenggara. Sebagai penyakit menular yang menyebar melalui droplet pernapasan, seperti saat penderita batuk, bersin, atau bahkan bernapas, campak menimbulkan kekhawatiran akan potensi penyebaran luas jika tidak segera dikendalikan.
Gejala umum yang muncul pada penderita meliputi demam tinggi dan ruam pada kulit. Namun, dalam beberapa kasus yang lebih berat, campak dapat memicu komplikasi serius hingga berujung pada kematian.
Singapura, yang pernah menyandang status bebas campak sejak 2018, kini kembali melaporkan kemunculan kasus baru. Dalam laporan mingguan yang dirilis Kementerian Kesehatan Singapura, tercatat 10 kasus campak hingga pekan yang berakhir pada 10 Mei 2025. Situasi serupa juga terjadi di negara tetangga. Malaysia melaporkan 156 kasus terkonfirmasi dalam kurun waktu tiga bulan pertama tahun ini. Sementara itu, Thailand melaporkan lebih dari 1.110 kasus. Di Vietnam, jumlah dugaan kasus campak bahkan mencapai angka 40.000, dengan lima kematian tercatat hingga pertengahan Maret 2025.
Dr Alex Cook dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock, Universitas Nasional Singapura, menjelaskan bahwa peningkatan kasus ini sangat mungkin berkaitan dengan dampak pandemi Covid-19 terhadap program imunisasi. “Banyak anak tidak mendapatkan vaksin campak yang dijadwalkan selama pandemi, sehingga membuat mereka rentan,” ujarnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya mengungkapkan bahwa lebih dari 100.000 orang meninggal akibat campak sepanjang 2023. Kebanyakan korban merupakan anak-anak berusia di bawah lima tahun. Penyakit ini dikenal sangat mudah menular dan memerlukan tingkat kekebalan populasi minimal 95 persen untuk mencegah terjadinya wabah.
Profesor Ooi Eng Eong dari Sekolah Kedokteran Duke-NUS menambahkan bahwa kemunculan kasus campak impor memang dapat menjadi pemicu infeksi lokal. Ia juga menyoroti bahwa negara-negara dengan peningkatan kasus campak umumnya memiliki tingkat vaksinasi yang masih rendah.
Tren ini menunjukkan urgensi penanganan campak secara lebih menyeluruh dan sistematis. Pemulihan program imunisasi dasar pascapandemi dinilai menjadi kunci untuk menghindari terulangnya wabah di masa mendatang, terutama di wilayah dengan mobilitas tinggi dan populasi padat. []
Redaksi11
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan