Kebakaran di Benuaraya, Tiga Rumah Dilahap Api

TANAH LAUT – Musibah kebakaran kembali menyelimuti Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan, tepatnya di Kecamatan Batibati, Rabu (29/10/2025) tengah malam sekitar pukul 00.00 Wita. Kali ini, api melahap permukiman warga di Desa Benuaraya hingga menyebabkan lima rumah terdampak, tiga di antaranya rata dengan tanah.

Data dari Satpol PP dan Pemadam Kebakaran Tala mencatat, tiga unit rumah yang hangus total milik Lutfiani, A Syahrani, dan Madi, sementara dua lainnya rusak sebagian milik H Irwansyah (kerusakan 30 persen) dan Rahmat (kerusakan 10 persen). Hampir seluruh barang di tiga rumah yang hangus ikut musnah.

Informasi dari warga menyebutkan, rumah Lutfiani menjadi yang paling parah. Seluruh isinya ludes karena saat kejadian penghuni sedang berada di rumah kerabat di Desa Gunungraja, Kecamatan Tambangulang.

Camat Batibati, Noor Hilmi, membenarkan musibah tersebut.
“Memang tiga rumah lumat tinggal puing. Sedangkan dua rumah lainnya rusak sebagian,” ujarnya. Ia menuturkan, hujan deras sempat mengguyur wilayah setempat sebelum api berkobar sekitar pukul 00.00 Wita.

Lokasi kebakaran berada di Jalan Sukamaju RT 14, tak jauh dari masjid setempat. Petugas pemadam dari Satpol PP dan Damkar Tala wilayah Batibati, dibantu unit Damkar Tambangulang serta relawan pemadam swasta dari dalam dan luar Tala, bergerak cepat ke lokasi sejak pukul 00.14 Wita untuk melakukan pemadaman.

Meski api berhasil dijinakkan setelah upaya keras petugas, peristiwa ini menambah panjang daftar kebakaran permukiman di Tanahlaut dalam beberapa bulan terakhir. Ironisnya, hampir setiap kali kejadian, pola dan kronologinya serupa: api muncul tengah malam, pemadaman dilakukan setelah rumah habis terbakar, dan penyebab pasti kerap tak pernah diumumkan ke publik.

Kebakaran semacam ini seharusnya menjadi tanda bahaya serius bagi pemerintah daerah. Tanahlaut bukan daerah yang baru sekali dilanda kebakaran, tetapi sistem pencegahannya tampak tak banyak berubah. Minimnya hydrant umum, jarak pos damkar yang jauh dari permukiman, serta kebiasaan masyarakat menggunakan instalasi listrik seadanya menjadi bom waktu yang terus berdetak.

Dalam kasus Benuaraya, api kembali menguji kesiapsiagaan aparat dan kesadaran warga. Meski Damkar bergerak cepat, faktanya tiga rumah sudah hangus sebelum pertolongan tiba. Ini memperlihatkan bahwa sistem respons kebakaran di tingkat desa masih jauh dari memadai.

Lebih menyedihkan lagi, sebagian besar korban kehilangan seluruh harta benda tanpa ada jaminan perlindungan atau bantuan pemulihan yang cepat. Situasi ini menggambarkan bahwa kebakaran di Tanahlaut bukan hanya bencana lingkungan, tetapi juga cermin lemahnya sistem mitigasi risiko di daerah.

Jika pola ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin “kebakaran tengah malam” akan terus menjadi berita rutin bukan peringatan darurat. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com