SEOUL – Laporan mengenai kapal feri yang kandas di perairan Korea Selatan kembali menjadi sorotan publik setelah penyebabnya disebut berasal dari kelalaian yang sulit diterima di era teknologi saat ini. Sebuah feri yang mengangkut ratusan orang mendadak terdampar di pulau tak berpenghuni, dan temuan awal menyebut sang juru mudi justru sibuk memperhatikan ponselnya ketika kapal seharusnya dinavigasikan secara manual.
Informasi tersebut disampaikan seorang pejabat Penjaga Pantai Korea Selatan, dilansir kantor berita AFP, Kamis (20/11/2025). Ia memastikan bahwa seluruh 267 penumpang dan awak berhasil dievakuasi ke pelabuhan terdekat tanpa laporan luka berat.
Feri itu sebelumnya sedang menempuh rute dari Pulau Jeju menuju Mokpo pada Rabu (19/11/2025) malam. Kapal kehilangan kendali tak lama setelah pukul 20.00 waktu setempat, dan menurut otoritas penjaga pantai, kejadian bermula di area perairan yang seharusnya dikemudikan secara manual.
Investigasi awal menunjukkan bahwa “petugas yang bertanggung jawab atas kemudi telah melihat ponselnya dan membiarkan autopilot mengambil alih kendali di area yang seharusnya dioperasikan secara manual,” ujar pejabat penjaga pantai yang berbicara secara anonim kepada AFP.
“Akibatnya, kapal tersebut melewatkan momen yang tepat untuk mengubah arah, berbelok ke arah pulau tak berpenghuni, dan kandas,” lanjutnya.
Otoritas setempat kini bersiap mengajukan tuntutan pidana atas tindakan yang dinilai sebagai “kelalaian yang nyata” itu. Sementara proses hukum menunggu tindak lanjut, upaya evakuasi berlangsung cepat.
Dari total penumpang, 246 orang dievakuasi menggunakan kapal penyelamat. 21 awak tetap berada di kapal untuk memastikan pemindahan aman hingga kapal ditarik menuju pelabuhan Mokpo sekitar pukul 05.44 pagi.
Beberapa penumpang mengalami cedera ringan. Sebanyak 27 orang dibawa ke rumah sakit karena sakit kepala dan nyeri punggung, namun seluruhnya dalam kondisi stabil.
Komisaris Penjaga Pantai Kim Yong-jin kepada media menyebut bahwa penilaian awal mengarah pada “kesalahan” awak kapal sebagai penyebab utama insiden. Menyusul laporan itu, Presiden Lee Jae Myung memerintahkan “upaya penyelamatan cepat” dan meminta seluruh perkembangan disampaikan langsung kepada publik.
Peristiwa ini kembali mengingatkan publik pada tragedi feri Sewol tahun 2014 yang menewaskan 304 orang. Meski tidak menelan korban jiwa, kasus terbaru ini memantik pertanyaan serius tentang standar keselamatan di industri pelayaran Korea Selatan. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan