KOTAWARINGIN BARAT – Warga Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) resah dengan semakin maraknya praktik pengetapan bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Aktivitas tersebut dinilai memperparah kelangkaan dan membuat antrean kendaraan mengular setiap hari.
Praktik pengetapan dilakukan dengan membeli BBM bersubsidi maupun nonsubsidi dalam jumlah besar untuk kemudian dijual kembali dengan harga lebih tinggi. Kondisi ini merugikan masyarakat luas karena stok di SPBU cepat habis, sementara kebutuhan masyarakat umum untuk beraktivitas terganggu.
Johansyah, warga Pangkalan Bun, mengaku semakin sulit mendapatkan BBM untuk menunjang kebutuhan sehari-hari.
“Sebelumnya pengetap masih bisa ditolerir, karena dianggap membantu ketika BBM di pengecer habis. Namun sekarang jumlahnya tidak terkendali dan sudah menjadi bisnis utama. Kami yang membutuhkan BBM untuk aktivitas sehari-hari jadi sering kesulitan,” ujarnya.
Keresahan serupa banyak diungkapkan warga melalui media sosial, mulai dari Facebook hingga Instagram. Komentar mereka umumnya menuntut tindakan nyata pemerintah daerah, aparat penegak hukum, dan Pertamina untuk menindak tegas SPBU yang terlibat dalam praktik tersebut.
Tyas, warga Kelurahan Baru, menekankan bahwa masyarakat hanya berharap bisa memperoleh BBM dengan mudah, bukan berhadapan dengan kelangkaan berkepanjangan.
“Saat ini semakin sulit mendapatkan BBM terutama Pertalite. Persoalan ini tidak kunjung menemukan solusi dan terus menjadi polemik berkepanjangan,” keluhnya.
Masyarakat berharap adanya pengawasan lebih ketat di lapangan agar distribusi BBM kembali tepat sasaran. Penindakan terhadap pelaku pengetapan maupun oknum SPBU yang bekerja sama dinilai mendesak dilakukan. Tanpa langkah tegas, warga khawatir kelangkaan akan semakin parah dan merugikan banyak pihak, khususnya pengguna angkutan umum dan pekerja yang sangat bergantung pada ketersediaan bahan bakar. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan