KUTAI TIMUR – Kelangkaan kelapa dan santan di pasaran beberapa pekan terakhir di Sangatta, Kutai Timur (Kutim), mengundang keluhan dari sejumlah pedagang dan pelaku usaha kuliner. Kondisi ini menyebabkan harga bahan baku yang sangat dibutuhkan dalam industri kuliner tersebut melonjak tajam, terutama menjelang bulan Ramadan yang membutuhkan banyak persediaan kelapa dan santan.
Berdasarkan pantauan Media Kaltim, harga kelapa mengalami kenaikan signifikan, hampir dua kali lipat dari harga normal. Satu butir kelapa yang biasanya dijual seharga Rp7.000 hingga Rp10.000, kini dibanderol dengan harga Rp15.000 hingga Rp20.000. Kenaikan harga juga terjadi pada santan kemasan yang melambung hingga 30 persen.
Yadi S, seorang penjual santan peras murni, mengungkapkan kesulitan yang ia alami dalam beberapa hari terakhir karena tidak ada stok kelapa. Ia menjelaskan bahwa kelangkaan ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari petani.
“Katanya, stok dari petani berkurang, biasanya dari Bengalon, Teluk Pandan, tapi sekarang kebanyakan petani beralih ke kelapa sawit. Selain itu, pengiriman dari Sulawesi juga tidak ada karena barangnya sedikit dan harganya mahal,” ujarnya saat ditemui pada Senin (10/03/2025).
Suryani, seorang pemilik warung makan di Sangatta, juga merasakan dampak dari kelangkaan ini. Ia mengaku kesulitan mendapatkan kelapa untuk santan masakannya.
“Biasanya saya beli kelapa untuk diparut dan diambil santannya. Sekarang harganya mahal, dan stoknya pun sedikit. Kalau begini terus, saya terpaksa mengurangi menu yang pakai santan,” kata Suryani.
Bahkan, beberapa pedagang mengungkapkan keluhan mereka dengan cara yang agak berseloroh. Salah satunya, Ira, pedagang kelapa di Pasar Induk Sangatta, yang mengatakan bahwa kelangkaan ini membuat mereka tak bisa “bikin baju” dari kelapa.
“Biasanya kalau stok banyak, kita bisa tenang dagang. Sekarang, jangankan bikin baju, dapat barang aja susah,” ujar Ira.
Para pedagang berharap pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi kelangkaan ini, dengan memperbaiki distribusi serta membantu petani untuk meningkatkan produksi kelapa. Jika kelangkaan terus berlanjut, mereka khawatir harga akan terus melambung tinggi dan berdampak lebih buruk pada sektor kuliner yang sangat bergantung pada kelapa dan santan. []
Redaksi03