TEHERAN — Sebuah video pernikahan mewah bergaya Barat di Teheran memicu kemarahan publik Iran setelah memperlihatkan Fatemeh Shamkhani, putri dari penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, mengenakan gaun pengantin terbuka di tengah aturan hijab ketat yang diberlakukan di negara itu.
Video yang beredar pada Senin, 20 Oktober 2025, menunjukkan Ali Shamkhani, penasihat senior Khamenei sekaligus mantan Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi (SNSC) periode 2013–2023, menggandeng putrinya memasuki aula megah Espinas Palace Hotel di Teheran. Fatemeh tampak mengenakan gaun putih dengan belahan dada, diiringi musik dan sorak sorai tamu undangan.
Pesta itu sontak memicu kecaman luas dari warga Iran dan aktivis hak perempuan yang menilai perilaku keluarga pejabat tinggi tersebut sebagai bentuk kemunafikan moral elite kekuasaan. Banyak warganet menyoroti bagaimana hukum hanya ditegakkan untuk rakyat kecil, bukan bagi keluarga pejabat.
“Yang keterlaluan adalah, perempuan biasa dipenjara karena sehelai rambut, tapi anak pejabat bisa berpesta dengan gaun terbuka,” tulis seorang pengguna media sosial dari Teheran.
Kemarahan publik ini tak lepas dari memori kelam September 2022, ketika Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun, meninggal dunia dalam tahanan polisi moral setelah ditangkap karena diduga tidak mematuhi aturan berhijab. Tragedi itu memicu protes besar-besaran di seluruh Iran selama berbulan-bulan.
Menurut Human Rights Watch, lebih dari 500 orang tewas, termasuk 68 anak-anak, dalam gelombang demonstrasi setelah kematian Mahsa Amini. Ironisnya, Shamkhani kala itu merupakan pejabat tinggi yang turut mendukung tindakan keras terhadap aksi protes tersebut.
Kini, kemunculan video pernikahan mewah keluarganya bertepatan dengan kebijakan baru pemerintah Iran yang berencana menurunkan 80.000 polisi moral untuk memperketat aturan berpakaian bagi perempuan. Banyak pihak menilai hal ini sebagai ironi tragis: rakyat ditindas atas nama kesopanan, sementara elite berpesta dengan bebas.
Kritik juga muncul dari luar negeri. Aktivis perempuan di pengasingan, Masih Alinejad, menulis di media sosial, “Sementara perempuan di Iran dipukuli karena memperlihatkan rambutnya, anak pejabat menari dengan gaun terbuka. Ini bukan kemunafikan, ini sistem.”
Sementara itu, Alireza Akhondi, anggota parlemen Swedia keturunan Iran, menyebut peristiwa itu sebagai bukti kemerosotan moral kekuasaan. “Dia bebas karena ayahnya berkuasa. Ini bukan lagi soal agama, melainkan pertunjukan kemunafikan, korupsi, dan ketakutan takut pada perempuan yang berpikir dan memilih dengan bebas,” katanya pada Senin, (21/10/2025).
Kemarahan publik juga dipicu oleh kesenjangan sosial yang semakin melebar. Iran kini menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam empat dekade terakhir, dengan inflasi mencapai 42,4 persen pada tahun 2022 dan pengangguran sekitar 9 persen. Sekitar setengah dari populasi negara itu hidup di bawah garis kemiskinan.
Di tengah kesulitan rakyat, pesta mewah keluarga pejabat di hotel bintang lima menjadi simbol nyata betapa rezim yang mengaku religius itu hidup dalam kemewahan dan standar ganda.
Video pernikahan Fatemeh Shamkhani kini menjadi lambang dari runtuhnya moralitas penguasa Iran, ketika aturan ditegakkan dengan kekerasan terhadap rakyat kecil, namun dilanggar secara terang-terangan oleh keluarga elite. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan