BAMAKO – Sebanyak 43 orang tewas setelah sebuah tambang emas tradisional di Mali barat runtuh pada Sabtu (15/02/2025).
Mayoritas korban dalam insiden ini adalah wanita, seperti yang disampaikan oleh Taoule Camara, Sekretaris Jenderal Serikat Pekerja Nasional Penghitung dan Penyulingan Emas (UCROM).
Kecelakaan tersebut terjadi di dekat kota Kenieba, di wilayah Kayes, yang dikenal sebagai daerah kaya emas di Mali.
Camara menjelaskan bahwa para korban tengah mencari serpihan emas di area tambang terbuka yang sebelumnya ditinggalkan oleh penambang industri. Saat mereka berada di lokasi, tanah di sekitar mereka tiba-tiba runtuh.
Seorang juru bicara dari Kementerian Pertambangan Mali juga mengonfirmasi terjadinya kecelakaan tersebut antara kota Kenieba dan Dabia.
Namun, ia enggan memberikan rincian lebih lanjut karena laporan dari tim kementerian yang ada di lokasi kejadian belum diterima.
Penambangan emas rakyat merupakan kegiatan yang sangat umum di sebagian besar wilayah Afrika Barat. Dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas ini semakin menguntungkan berkat permintaan logam yang meningkat serta kenaikan harga emas.
Meskipun demikian, penambang rakyat sering menggunakan metode yang tidak diatur, yang mengarah pada risiko keselamatan yang besar.
Kecelakaan serupa juga terjadi pada akhir Januari 2025 di Mali barat daya, ketika 13 penambang rakyat, termasuk perempuan dan tiga anak-anak, meninggal dunia setelah terowongan tempat mereka menggali emas terendam banjir.
Tragedi terbaru ini menyoroti kembali bahayanya penambangan rakyat yang tidak diawasi secara ketat. Meskipun menjadi sumber mata pencaharian bagi banyak orang di Mali dan negara-negara tetangga, faktor keselamatan sering kali diabaikan dalam kegiatan ini.
Kejadian-kejadian tragis seperti ini mempertegas perlunya regulasi yang lebih ketat serta upaya mitigasi risiko dalam industri penambangan rakyat. []
Redaksi03