ISTANBUL — Pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un, kembali menunjukkan sikap konfrontatif terhadap dunia internasional, khususnya Amerika Serikat. Dalam kunjungan ke salah satu latihan udara militer Korea Utara, Kim mendesak angkatan bersenjatanya untuk melakukan “perubahan radikal” dalam kesiapan menghadapi perang.
Laporan yang disampaikan kantor berita pemerintah Korea Utara, Korean Central News Agency (KCNA), pada Sabtu (17/05/2025), menyebut bahwa Kim menghadiri latihan udara Skuadron Udara Pengawal Sayap Pertama yang digelar pada Kamis lalu. Dalam kesempatan tersebut, ia menginstruksikan seluruh unit militer agar meningkatkan kesiapsiagaan tempur mereka secara menyeluruh. “Melakukan perubahan besar dalam persiapan perang dengan selalu berada dalam kondisi siaga penuh,” ujar Kim seperti dikutip KCNA.
Latihan udara tersebut melibatkan berbagai satuan militer termasuk unit peluru kendali anti-udara, unit radar, serta unit peperangan elektronik. Selain itu, Korea Utara juga memperkenalkan senjata baru berupa bom luncur presisi jarak jauh, serta menggelar simulasi serangan terhadap sasaran strategis. Pernyataan Kim muncul di tengah memburuknya hubungan antara Pyongyang dan Washington, terutama setelah Amerika Serikat kembali mencantumkan Korea Utara dalam daftar negara yang tidak kooperatif dalam pemberantasan terorisme global.
Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengecam keras keputusan tersebut. Dalam sebuah pernyataan resmi yang dirilis KCNA pada hari yang sama, juru bicara kementerian menyebut tindakan AS sebagai bentuk provokasi politik. “Upaya sepihak dan penuh niat buruk seperti ini harus dikecam dan ditolak oleh komunitas internasional,” ujar Kemenlu Korea Utara. Pemerintah Pyongyang menilai keputusan AS mencerminkan strategi sistematis untuk mencemarkan reputasi negara-negara berdaulat dan menjadikannya sasaran kecaman global.
Kritik tajam juga diarahkan terhadap kampanye anti-terorisme yang dipimpin oleh Washington. Kementerian menyebutnya sebagai “dalih untuk ikut campur dalam urusan dalam negeri negara lain.” “Tak ada satu pun yang meminta AS memimpin upaya internasional melawan terorisme, dan tak ada pula yang memberinya wewenang untuk itu,” tegas pernyataan tersebut. Korea Utara juga menegaskan bahwa pihaknya “menentang dengan tegas segala bentuk terorisme yang mengancam perdamaian dan keamanan internasional.”
Pernyataan-pernyataan tersebut mempertegas posisi Korea Utara sebagai salah satu negara yang tetap menantang dominasi kebijakan luar negeri Amerika Serikat, baik dalam isu keamanan global maupun kedaulatan nasional. []
Redaksi02