BALIKPAPAN — Anggota Komisi IV DPRD Balikpapan, Hj. Iim, menegaskan bahwa pembangunan pendidikan, ruang bermain, dan pengawasan lingkungan harus berjalan beriringan agar kota benar-benar menjadi ruang yang aman serta mendukung tumbuh kembang anak. Pernyataan itu ia sampaikan di Hotel Grand Senyiur, Kamis (20/11/2025), menanggapi program pendidikan 13 tahun dan sejumlah persoalan yang belakangan mencuat, termasuk tragedi tenggelamnya enam anak.
Menurut Iim, kebijakan pendidikan 13 tahun menjadi langkah penting pemerintah dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Ia menilai arah kebijakan tersebut menunjukkan keseriusan pemerintah menyiapkan masa depan generasi muda. “Kalau dikatakan sejahtera, Alhamdulillah dengan adanya pendidikan 13 tahun itu pasti arahnya ke sana. Pemerintah sudah memikirkan masa depan anak-anak kita,” ujarnya.
Kendati demikian, ia mengingatkan agar anggaran pendidikan tidak menjadi objek pemangkasan di tengah tantangan fiskal daerah. “Saya berharap anggaran pendidikan itu nggak dipangkas. Justru harus diperbaiki, ditambah fasilitasnya,” tegasnya. Iim menyebut kualitas sekolah, tenaga pendidik, dan ruang belajar yang nyaman harus ikut ditingkatkan seiring perluasan akses pendidikan.
Dalam kesempatan yang sama, Iim mengaitkan pentingnya penguatan karakter dan pengawasan lingkungan dengan tragedi tenggelamnya enam anak di kawasan proyek. Ia mengaku masih terpukul setiap kali mengingat peristiwa tersebut. “Ya Allah, enam anak. Saya kemarin diminta komentar saja nggak bisa berkata-kata,” tuturnya. Ia menambahkan bahwa anak pada usia eksplorasi cenderung tertarik pada hal-hal sederhana, termasuk genangan air. “Air itu daya tarik luar biasa buat anak-anak. Mereka lihat genangan saja senang. Mereka tidak berpikir bahaya,” ujarnya.
Menurut Iim, musibah itu menunjukkan bahwa kota belum sepenuhnya ramah anak. Minimnya ruang bermain aman membuat anak mencari tempat hiburan di lokasi yang tidak seharusnya. Karena itu, ia menekankan kebutuhan mendesak pembangunan ruang bermain di setiap kecamatan. “Anak-anak itu sedang masa eksplorasi. Mereka lihat air atau tempat menarik langsung senang. Air dan balon itu daya tarik mereka. Kalau ruang bermain kurang, mereka cari tempat lain,” katanya.
Ia juga mengungkapkan bahwa dalam Focus Group Discussion (FGD) terakhir, gagasan penyediaan ruang bermain telah dibahas secara serius. “Mudah-mudahan bisa masuk anggaran. Setiap kecamatan harus punya ruang bermain yang benar-benar layak,” ujarnya. Namun, ia menegaskan bahwa masyarakat harus dilibatkan dalam pengelolaan fasilitas publik tersebut. “Kemarin saya minta dicantumkan peran masyarakat. Jangan sampai fasilitasnya sudah bagus tapi warga bingung mau ngapain,” tambahnya.
Iim juga menyoroti pentingnya edukasi lingkungan, peningkatan kesadaran keluarga, dan keterlibatan masyarakat untuk mencegah tragedi serupa. “Anak itu bukan cuma anak yang lahir dari rahim kita. Anak tetangga pun harus kita awasi. Ini PR kita bersama,” tegasnya.
Ia berharap pemerintah memperkuat keamanan kawasan proyek, memberikan tanda peringatan, dan memastikan akses yang jelas agar tidak lagi menjadi tempat bermain dadakan. “Yang kemarin itu membuat hati kita semua hancur. Ada orang tua yang kehilangan dua sampai tiga anak sekaligus,” ujarnya.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa pembangunan kota harus mencakup aspek keamanan, kenyamanan, dan ruang bermain ramah anak. Menurutnya, upaya mencerdaskan bangsa melalui pendidikan 13 tahun tidak akan optimal tanpa dukungan lingkungan kota yang aman. “Anak-anak butuh tempat main, bukan genangan proyek. Ini harus jadi perhatian serius,” tegasnya. []
Penulis: Desy Alfy Fauzia | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan