YOGYAKARTA — Bupati Penajam Paser Utara (PPU) Mudyat Noor menegaskan pentingnya membangun kolaborasi dan kemandirian desa dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi daerah. Pesan itu disampaikan saat membuka kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Sekolah Inovasi Desa yang bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Senin (27/10/2025).
Kegiatan tersebut turut dihadiri Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Kabupaten PPU, Nicko Herlambang; Wakil Dekan UGM Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerja Sama Sekolah Pascasarjana, Prof. Dr. Widyanto Dwi Nugroho; Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) PPU, Tita Deritayai; serta sejumlah pejabat dan akademisi terkait.
Dalam sambutannya, Mudyat Noor mengaku bersyukur dapat hadir di tengah para kepala desa dan peserta bimtek yang disebutnya sebagai “para penggerak perubahan” di tingkat akar rumput. “Kita semua bertanggung jawab terhadap masyarakat yang kita pimpin. Melalui kegiatan ini, saya ingin menegaskan bahwa kita harus menjadi satu kesatuan utuh, tidak terpecah-pecah, agar tujuan pembangunan desa bisa tercapai,” ujarnya.
Bupati menekankan bahwa bimtek ini bukan sekadar kegiatan formalitas, tetapi wadah nyata untuk membangun desa yang mandiri dan berdaya saing, terutama menghadapi tantangan ekonomi akibat berkurangnya Dana Transfer ke Daerah (TKD). Ia menilai, desa merupakan struktur pemerintahan terdepan yang berhadapan langsung dengan masyarakat sehingga pengelolaan potensi lokal harus dilakukan secara maksimal.
Menurutnya, potensi koperasi, sektor pertanian, perikanan, hingga pengolahan sampah bisa menjadi sumber kekuatan ekonomi baru di desa. “Ke depan, tantangan kita besar. Tapi kalau potensi desa dimanfaatkan dengan baik dan ada kolaborasi antardesa, saya yakin semua bisa berjalan. Bahkan nanti ada program Desa Pedia yang bisa menjadi jembatan pertukaran data dan kolaborasi,” kata Mudyat.
Lebih jauh, Bupati juga menyoroti pentingnya penggunaan produk lokal dalam setiap kegiatan pembangunan. Ia menegaskan, Kabupaten PPU memiliki sumber daya alam yang melimpah mulai dari batu gunung hingga lahan pertanian luas.
“Saya ingin pembangunan di PPU lebih banyak menggunakan bahan lokal. Kalau potensi lokal dimanfaatkan, inflasi bisa ditekan dan masyarakat makin sejahtera,” tegasnya.
Program Sekolah Inovasi Desa yang digagas Pemkab PPU bersama UGM ini menjadi langkah konkret untuk mencetak desa-desa yang kreatif, adaptif, dan inovatif. Program ini lahir dari hasil diskusi mendalam antara Bupati dan para pendamping desa yang sepakat bahwa desa di PPU tidak boleh hanya menjadi objek pembangunan, melainkan subjek utama kemajuan daerah.
“Pak Bupati ingin desa-desa di PPU benar-benar terarah dan maju. Tidak hanya menjadi penerima kebijakan, tapi juga pencipta gagasan dan inovasi yang bisa mendukung IKN,” ungkap Prof. Dr. Widyanto Dwi Nugroho di sela-sela kegiatan.
Program pembelajaran dan pendampingan ini akan berlangsung selama satu setengah hingga dua tahun dengan pendekatan partisipatif. Melalui kegiatan ini, para kepala desa, perangkat, dan masyarakat akan dibimbing untuk mengembangkan potensi lokal, mengelola sumber daya dengan kreatif, serta menumbuhkan karakter kewirausahaan.
“Kalau jiwanya hanya administratif, maka desa akan jalan di tempat. Tapi kalau punya jiwa enterpreneur, desa bisa melompat lebih jauh,” ujar Mudyat Noor.
Disebut “sekolah” bukan tanpa alasan. Program ini dirancang agar lebih akrab dengan masyarakat desa karena peserta tidak hanya diajari, melainkan juga belajar bersama melalui praktik langsung, studi kasus, dan proyek nyata.
“Kita menyebutnya sekolah agar semangatnya belajar bersama. Ini bukan sekadar pelatihan singkat, tapi proses panjang menuju desa yang benar-benar berdaya,” tutur Mudyat.
Kepala DPMD PPU, Tita Deritayai, menjelaskan bimtek ini terlaksana atas kerja sama dengan Yayasan Standar Inovasi dan UGM, berfokus pada penguatan kelembagaan desa berbasis Koperasi Merah Putih dan BUMDes.
“Berbagai inovasi telah lahir dari implementasi kewenangan desa yang kini semakin luas. Desa dituntut mampu mengelola dan mengkapitalisasi potensi yang dimilikinya untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru, terutama bagi PPU sebagai daerah penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN),” ujarnya.
Kegiatan yang diikuti 98 peserta dari 30 desa ini diharapkan melahirkan jejaring antardesa yang solid dan berkelanjutan. “Kalau masyarakat sejahtera, tidak ada lagi masalah besar. Jadi, kuncinya adalah kemandirian desa dan kesejahteraan warga. Mari kita bangun desa dengan hati, dengan tanggung jawab, dan dengan kerja nyata,” pungkas Bupati Mudyat Noor. []
Penulis: Subur Priono | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan