BOGOTA – Bentrokan mematikan antara aparat keamanan Kolombia dan kelompok narkoba terbesar di negara itu kembali pecah. Enam polisi dilaporkan tewas setelah helikopter yang mereka tumpangi ditembaki pesawat tanpa awak saat melakukan operasi pemberantasan tanaman koka di wilayah Antioquia, Jumat (22/08/2025).
Menurut laporan AFP, serangan tersebut terjadi di kawasan barat laut Kolombia, daerah yang selama ini dikenal sebagai pusat produksi koka sekaligus basis aktivitas kartel narkoba. Gambar yang beredar di media sosial menunjukkan helikopter polisi terjebak dalam baku tembak sebelum akhirnya jatuh dan terbakar setelah dihantam tembakan drone.
Menteri Pertahanan Kolombia, Pedro Sanchez, secara langsung menuding kelompok the Gulf Clan sebagai dalang serangan. Ia menegaskan bahwa organisasi kriminal itu sudah berulang kali melancarkan aksi kekerasan terhadap pasukan keamanan sejak upaya perundingan damai dengan pemerintah gagal pada awal 2023. “Selama operasi melawan perdagangan narkoba, @PoliciaColombia kami diserang oleh kartel the Gulf Clan, menyebabkan sebuah helikopter terbakar dan petugas polisi kami terluka parah,” tulisnya melalui akun X.
Presiden Gustavo Petro menyatakan, serangan tersebut diduga kuat merupakan aksi balasan setelah aparat berhasil menyita satu setengah ton kokain milik the Gulf Clan di wilayah terpencil Uraba. Ia menilai kelompok tersebut semakin agresif menolak kebijakan pemerintah yang berupaya mengurangi peredaran narkoba.
Gelombang kekerasan ini disebut sebagai yang terparah sejak tercapainya perjanjian damai antara pemerintah Kolombia dan kelompok gerilya sayap kiri FARC pada 2016. Meski Petro yang berhaluan kiri terpilih pada 2022 dengan janji mewujudkan “perdamaian total” melalui dialog dengan kelompok bersenjata, kenyataannya sejumlah organisasi kriminal justru semakin memperluas pengaruhnya.
The Gulf Clan, yang berasal dari kelompok paramiliter sayap kanan pada era 1990-an, kini terlibat dalam berbagai kejahatan mulai dari perdagangan narkoba, penyelundupan migran, hingga penambangan emas ilegal. Pemerintah memperkirakan mereka memiliki sekitar 7.500 anggota, sementara pihak kartel mengklaim jumlah anggotanya mencapai lebih dari 13.000 orang.
Serangan terhadap aparat di Antioquia menegaskan betapa rumitnya upaya Kolombia untuk memutus rantai perdagangan narkoba sekaligus menjaga stabilitas keamanan di tengah konflik yang terus berlangsung.[]
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan