Korea Utara Larang Media Promosikan Wisatanya

PYONGYANG – Dalam upaya mempertahankan kendali penuh atas narasi nasional, Korea Utara kembali mengambil langkah ketat dengan melarang akses media asing, termasuk jurnalis, YouTuber, blogger, dan influencer dari Barat, ke wilayahnya. Keputusan ini diumumkan menjelang penyelenggaraan Pameran Dagang Internasional Musim Gugur Pyongyang, acara perdagangan terbesar di negara tersebut yang dijadwalkan berlangsung dari 24 Oktober hingga 1 November 2025.

Kebijakan ini tidak hanya berdampak pada peliputan internasional, tetapi juga menyingkap bagaimana Korea Utara memandang kekuatan media sosial dan narasi independen yang sulit dikendalikan. Larangan ini dikonfirmasi oleh Young Pioneer Tours, biro perjalanan asal Tiongkok yang turut serta dalam penyelenggaraan acara tersebut. Mereka menyatakan bahwa pembatasan ini merupakan kebijakan langsung dari otoritas Korea Utara.

Menurut laporan The Korea Times dan Travel and Tour World, pemerintah Korea Utara berupaya keras memastikan bahwa semua konten yang disampaikan kepada dunia mencerminkan citra negara yang telah dikurasi dengan cermat. Hal ini menunjukkan kekhawatiran rezim terhadap potensi narasi alternatif yang dapat muncul dari kreator konten independen.

“Pemerintah negara tersebut telah menjelaskan bahwa mereka ingin menghindari konten yang tidak diberi sanksi yang mungkin menunjukkan sisi Korea Utara yang dapat merusak reputasinya,” demikian bunyi keterangan dari Young Pioneer Tours.

Kebijakan ini menimbulkan konsekuensi yang lebih luas terhadap pemahaman publik internasional mengenai Korea Utara. Sebab, konten buatan influencer atau jurnalis biasanya memberikan sudut pandang lebih humanis dan kontekstual yang tidak selalu sesuai dengan narasi resmi pemerintah. Pengambilan gambar secara mandiri oleh pengunjung juga dianggap berisiko karena dapat memperlihatkan kondisi kehidupan warga yang jauh dari propaganda visual resmi.

Namun, bagi peserta terpilih yang diizinkan hadir, pameran ini tetap menjanjikan pengalaman yang dikemas dengan nuansa nasionalisme tinggi. Lebih dari 450 stan akan memamerkan produk dari sektor teknologi, energi, farmasi, hingga barang konsumsi. Selain itu, pengunjung juga akan diajak menyusuri tempat-tempat bersejarah dan budaya yang dipilih secara selektif oleh pemerintah.

Salah satu destinasi utamanya adalah Gunung Myohyang, lokasi Pameran Persahabatan Internasional, sebuah museum yang menampung hadiah-hadiah dari berbagai pemimpin dunia kepada mantan pemimpin Korea Utara. Museum ini menjadi simbol bagaimana Korea Utara menampilkan posisinya dalam percaturan global, meski dalam versi yang sangat terkontrol.

Kunjungan ke lokasi seperti itu menjadi bagian penting dari upaya membentuk persepsi luar terhadap negara tersebut. Monumen dan ruang publik yang dikunjungi dirancang untuk mencerminkan nilai-nilai ideologis dan narasi sejarah revolusioner Korea Utara.

Namun demikian, kesempatan untuk menjelajahi di luar rute yang telah ditentukan tetap sangat kecil. Pemerintah setempat khawatir terhadap kegiatan eksplorasi independen yang berpotensi membongkar realitas kehidupan di luar narasi resmi. Bagi Korea Utara, setiap potret yang keluar tanpa penyaringan bisa menjadi ancaman serius bagi citra negara yang telah dibangun selama bertahun-tahun.

Dengan pendekatan tertutup ini, Korea Utara sekali lagi menegaskan bahwa dalam promosi wisata sekalipun, kendali informasi tetap menjadi prioritas utama demi menjaga stabilitas citra nasional di panggung global.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com