SEOUL – Intelijen Korea Selatan mengungkapkan bahwa sekitar 600 tentara Korea Utara telah tewas dan lebih dari 4.100 lainnya terluka dalam perang Rusia di Ukraina. Angka korban ini merupakan bagian dari sekitar 15.000 personel militer yang dikirim Pyongyang untuk mendukung pasukan Rusia di medan perang sejauh ini.
Menurut Lee Seong-kweun, Wakil Ketua Komite Intelijen Parlemen Korea Selatan dari Partai Rakyat, sekitar separuh dari 4.100 tentara Korut yang terluka telah dipulangkan ke negaranya melalui pesawat atau kereta antara Januari hingga Maret 2024. Sedangkan jenazah tentara yang tewas dikremasi terlebih dahulu sebelum dikembalikan ke Korea Utara. Meski Badan Intelijen Nasional (NIS) saat ini belum mendeteksi pengiriman pasukan tambahan dari Korut, mereka tetap memantau kemungkinan tersebut.
Keterlibatan terbuka Korea Utara dalam perang ini, menurut analisis NIS, bertujuan untuk memperdalam hubungan dengan Moskow sekaligus mendukung narasi kemenangan Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun diperkirakan Kim Jong-un tidak akan menghadiri peringatan Hari Kemenangan Rusia bulan depan, melainkan akan diwakili oleh Choe Ryong-hae, Ketua Komite Tetap Parlemen Korea Utara.
Sebagai imbalan atas pengiriman pasukan, Rusia disebut memberikan bantuan militer dan keuangan kepada Korut. Anggota komisi intelijen Kim Byung-kee dari Partai Demokrat mengungkapkan bahwa Korea Utara telah menyuplai rudal dan amunisi senilai miliaran dolar kepada Rusia, selain mengirimkan pasukan dan pekerja. Saat ini Pyongyang sedang bernegosiasi dengan Moskow untuk mendapatkan bantuan modernisasi di sektor pariwisata dan energi, termasuk transfer teknologi satelit pengintai, drone, dan rudal antipesawat.
NIS juga memperingatkan bahwa Korea Utara tetap dalam keadaan siaga untuk melakukan uji nuklir kapan saja. Fasilitas nuklir Yongbyon dilaporkan terus aktif memproduksi plutonium tingkat senjata, sehingga uji coba nuklir bisa dilakukan kapanpun atas perintah Kim Jong-un. Meski demikian, Pyongyang terlihat menghindari provokasi terhadap pemerintahan Donald Trump, yang dianggap sebagai sinyal kesediaan mereka untuk berdialog dengan Amerika Serikat.
Di sisi lain, intelijen Korea Selatan mencatat kemunculan kembali putri Kim Jong-un, Kim Ju-ae, dalam berbagai acara publik setelah lama tidak terlihat. Hal ini dianggap sebagai upaya untuk memperkuat posisinya sebagai calon penerus kepemimpinan di Korea Utara.
Keterlibatan aktif Korea Utara dalam perang Ukraina telah memperumit dinamika konflik dan menunjukkan semakin eratnya aliansi antara Moskow dengan Pyongyang. Bantuan militer Korea Utara menjadi penguat bagi Rusia yang sedang menghadapi tekanan dari negara-negara Barat, sementara di sisi lain Korea Utara mendapatkan keuntungan berupa transfer teknologi dan bantuan ekonomi dari Rusia.
Laporan ini berdasarkan pada briefing tertutup yang diberikan oleh Badan Intelijen Nasional Korea Selatan kepada Komite Intelijen Parlemen. Perkembangan terbaru dari keterlibatan Korea Utara dalam perang Rusia-Ukraina terus dipantau secara ketat oleh komunitas intelijen internasional. []
Redaksi11
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan