MADRID – Seorang agen properti bernama samaran Juan Sanchez membuka pintu apartemen kecil yang terletak di sebuah kawasan kelas menengah di ibu kota Spanyol. Apartemen seluas 55 meter persegi itu dulunya adalah sebuah toko. Dari pintu masuk, pengunjung langsung dapat melangkah ke area dapur, dengan langit-langit tinggi yang menurut Sanchez memungkinkan pemasangan plafon tambahan.
Unit yang dijual seharga lebih dari 300 ribu euro ini memiliki dua kamar tidur yang ternyata terletak di ruang bawah tanah. Salah satu kamar bahkan tidak memiliki jendela. “Seluruh unit ini, dengan mudah bisa disewakan kepada mahasiswa seharga seribu tiga ratus euro,” ujar sang makelar dengan nada santai. Ia mengakui bahwa ruang bawah tanah tersebut secara resmi hanya tercatat sebagai gudang dan tidak memiliki izin untuk dijadikan kamar tidur. “Kami tak mendapat izin untuk itu, tapi tidak jadi masalah untuk disewakan,” ujarnya meyakinkan.
Fenomena ini menggambarkan tekanan luar biasa yang dihadapi pasar perumahan di Spanyol, terutama di kota-kota besar seperti Madrid, Barcelona, dan wilayah Kepulauan Canaria. Penyebab utamanya bukan lagi suku bunga rendah seperti pada krisis 2005, melainkan derasnya arus investasi dari luar negeri. Investor asing dan dana investasi berskala besar membanjiri pasar properti Spanyol yang dianggap aman dan menguntungkan.
Menurut Bank BBVA, permintaan jauh melampaui pasokan rumah, membuat warga lokal makin sulit mengakses hunian dengan harga terjangkau. Banyak hunian disewakan secara terbatas kepada turis atau mahasiswa, sementara di sisi lain, warga Spanyol justru menyimpan jutaan unit rumah sebagai properti kedua atau rumah liburan yang jarang disewakan.
Data dari lembaga statistik INE menyebutkan lebih dari 2,5 juta rumah hanya digunakan sesekali. Di saat yang sama, investor dan hedge fund justru lebih aktif menyewakan propertinya, terutama dalam kontrak jangka pendek. Situs Idealista mencatat, rumah sewa jangka pendek kini menyumbang 14 persen dari pasar, naik 25 persen dibanding tahun sebelumnya. Kota-kota seperti Bilbao, Alicante, Barcelona, dan Madrid mengalami lonjakan penawaran terbesar dalam kategori ini.
Menteri Perumahan dan Perencanaan Kota Spanyol, Isabel Rodríguez, bulan lalu meminta platform seperti Airbnb untuk menghapus sekitar 66 ribu penawaran tanpa izin. Ia juga mengusulkan agar pajak pertambahan nilai untuk sewa apartemen liburan dinaikkan menjadi 21 persen, dua kali lipat dari pajak hotel. Namun, kelompok penyewa Sindicatos de Inquilinas menilai langkah itu belum cukup dan mengancam akan mengambil tindakan jika pemerintah tidak segera bertindak.
Kenaikan harga properti juga menjadi sorotan. Data dari MD Capital menunjukkan, harga rumah melonjak dari rata-rata 138 ribu euro pada 2014 menjadi 178.700 euro pada 2024. Di wilayah seperti Balearik, nilainya bahkan lebih dari dua kali lipat. Namun, kenaikan gaji hanya sedikit di atas 23 persen dalam satu dekade terakhir, memperlebar jurang antara daya beli dan harga hunian.
Rata-rata gaji bruto di Spanyol pada 2024 tercatat sebesar 2.642 euro per bulan, menurut Datosmacros. Sementara itu, sewa apartemen seluas 80 meter persegi di kota besar seperti Madrid dan Barcelona sudah mencapai antara 1.400 hingga 1.500 euro.
Kehadiran hampir 90 juta turis per tahun, nomaden digital, serta puluhan ribu mahasiswa internasional dari program Erasmus+ turut menambah tekanan terhadap pasar perumahan. Pada tahun ajaran 2024–2025, lebih dari 118 ribu mahasiswa dan dosen asing datang ke Spanyol, sementara negeri ini tidak memiliki fasilitas asrama mahasiswa seperti di Jerman maupun sistem pinjaman pelajar yang memadai.
Berdasarkan data Eurostat tahun 2023, warga muda Spanyol rata-rata baru meninggalkan rumah orang tua pada usia di atas 30 tahun. Situasi ini diperparah oleh minimnya pembangunan rumah sosial. Pada 2023, hanya 14.371 unit rumah sosial yang dibangun. Kementerian Perumahan Spanyol mencatat, antara 2007 hingga 2021, anggaran rumah sosial hanya 34 euro per penduduk, jauh tertinggal dari rata-rata Uni Eropa yang mencapai 160 euro.
Sindikato penyewa Sindicatos de Inquilinas menyatakan akan mengambil langkah tegas. “Kami akan dengan suara lantang merebut kembali properti yang kosong atau disewakan untuk turis,” tegas mereka kepada Media.