KUTAI TIMUR – Kutai Timur (Kutim) siap jadi pionir pertambangan berkelanjutan. Luka masa lalu di sektor tambang di beberapa wilayah Indonesia menjadi pelajaran berharga bagi daerah ini. Bupati Kutim, H Ardiansyah Sulaiman, mengingat bagaimana Kecamatan Loa Kulu dan Sanga-Sanga di Kutai Kartanegara dulunya bergeliat dengan aktivitas tambang, namun kini hanya menyisakan lubang dan kenangan. Ekonomi masyarakat stagnan, lahan bekas tambang sulit dimanfaatkan. Nasib serupa juga dialami Sawahlunto, Sumatera Barat, yang sempat menjadi “kota mati” pasca-operasi tambang sebelum akhirnya bangkit melalui wisata warisan tambang.
“Dari pengalaman itu kita belajar, bahwa tambang tanpa perencanaan keberlanjutan hanya menghasilkan kemakmuran sesaat,” ujar Ardiansyah saat membuka Seminar Nasional bertema “Optimalisasi Keberlanjutan Tambang Menuju Kemandirian Ekonomi Masyarakat di Era Pascatambang” di Ruang Meranti, Kantor Bupati Kutim, Sabtu (01/11/2025).
Seminar yang digagas PERHAPI Kutim menghadirkan narasumber penting, termasuk secara daring Dirjen Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM RI, Tri Winarno, dan Ketua Umum PERHAPI Nasional, Sudirman Widhy Hartono, serta pelaku industri tambang, akademisi, praktisi, dan pelajar.
Dalam forum ini, Ardiansyah menegaskan bahwa penerapan prinsip ESG (Environment, Social, Governance) di sektor tambang bukan sekadar jargon global, melainkan arah kebijakan nyata Kutim. ESG, katanya, menuntun industri tambang agar tidak hanya mengejar keuntungan semata, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan dan menciptakan kesejahteraan berkelanjutan bagi masyarakat.
“ESG diharapkan menjadi panduan nyata bagi perusahaan tambang agar bertanggung jawab terhadap lingkungan, berpihak kepada masyarakat, dan beroperasi dengan tata kelola yang baik. Keberlanjutan ekonomi dan lingkungan harus dimulai ketika tambang masih berjalan, bukan setelahnya,” tegas Ardiansyah.
Langkah nyata sudah terlihat. Pemkab Kutim berkolaborasi dengan perusahaan tambang, BUMD, dan Koperasi Desa Merah Putih membangun ekonomi baru pascatambang. Contohnya, void bekas tambang di Kecamatan Teluk Pandan milik PT Indomindo Mandiri kini dimanfaatkan sebagai sumber air bersih dan sentra pertanian bagi masyarakat sekitar.
“Kita ingin tambang menyisakan kehidupan, bukan lubang. Kutai Timur siap jadi contoh nasional tambang berkelanjutan yang berpihak pada rakyat,” kata Ardiansyah dengan penuh keyakinan.
Dari Jakarta, Dirjen Minerba, Tri Winarno, mengapresiasi langkah strategis Kutim. Ia menilai inisiatif daerah seperti ini penting untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan ekonomi dan tanggung jawab lingkungan.
“Penerapan ESG meningkatkan efisiensi, transparansi, serta partisipasi masyarakat lokal dalam rantai nilai pertambangan. Kutai Timur menjadi contoh daerah yang berpikir jauh ke depan,” ujarnya.
Ketua Umum PERHAPI Nasional, Sudirman Widhy Hartono, menambahkan bahwa komitmen Kutim dalam membangun ekonomi pascatambang bisa menjadi model bagi daerah lain.
“Tambang tidak boleh meninggalkan jejak luka sosial. ESG adalah jembatan antara tanggung jawab ekonomi dan kemanusiaan,” tuturnya.
Dengan arah baru berbasis ESG, Kutim menulis ulang babak baru sejarah pertambangan Indonesia. Kemakmuran tidak lagi berhenti saat tambang tutup, melainkan menjadi awal kehidupan baru yang berkelanjutan bagi masyarakat sekitar. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan