LANDAK – Malam pembukaan Pekan Budaya Daerah Kabupaten Landak di GOR Patih Gumantar, Ngabang, berubah menjadi kepanikan ketika atap panggung utama ambruk diterpa angin dan hujan deras, Senin (06/10/2025) malam. Meski tak ada korban jiwa, insiden ini kembali mempertanyakan kesiapan panitia dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam menjamin keamanan kegiatan publik yang mengatasnamakan budaya daerah.
Panggung yang awalnya tampak megah dan kokoh kini berserakan di tengah genangan air. Sejumlah warga yang menyaksikan langsung mengaku terkejut karena peristiwa itu terjadi ketika acara baru dimulai dan pejabat daerah masih berada di lokasi.
“Tiba-tiba angin kencang disusul hujan lebat sekitar jam 8 lewat, kemudian roboh,” ujar Anes, penyedia panggung. Ia menuturkan, panggung tersebut dirancang untuk rangkaian acara hingga 11 Oktober, termasuk pertunjukan tari kreasi dan pameran seni.
Namun peristiwa ini memunculkan tanda tanya besar tentang prosedur keamanan dan kualitas material panggung yang digunakan. Bagaimana mungkin panggung resmi pemerintah ambruk hanya karena terpaan hujan dan angin, tanpa ada pemeriksaan kelayakan struktur sebelumnya?
Anes juga mengungkapkan bahwa saat kejadian, Asisten Perekonomian Setda Landak, Theresia Limawardani, sedang menyampaikan sambutan mewakili Sekda. “Karena tiba-tiba angin kencang, sangat kencang sekali. Kata sambutan belum selesai, ibu Theresia langsung turun dari panggung. Karena angin sangat kencang,” ujarnya.
Kegiatan pembukaan yang rencananya akan dihadiri oleh Wakil Bupati Landak, Erani, akhirnya dibatalkan. “Setelah semuanya bubar dan meninggalkan lokasi, hujan ditambah angin kencang tadi akhirnya merobohkan atap panggung, jadi acara pembukaan ditunda,” tambah Anes.
Beberapa perangkat soundsystem dilaporkan rusak tertimpa besi penyangga, namun disebut masih bisa digunakan kembali. “Panggung juga akan segera kami perbaiki, besok sudah bisa digunakan lagi,” kata Anes dengan nada optimistis.
Namun, pernyataan itu justru menimbulkan kritik dari masyarakat. Perbaikan cepat bukan jaminan keamanan jika perencanaan dan pengawasan tetap lemah. Kejadian seperti ini menunjukkan minimnya profesionalitas penyelenggaraan acara pemerintah, di mana faktor keselamatan publik sering kali dikesampingkan demi seremonial semata.
Ironisnya, peristiwa yang seharusnya menjadi panggung promosi kebudayaan daerah justru memperlihatkan lemahnya manajemen acara dan tanggung jawab moral penyelenggara. Sebuah simbol budaya yang seharusnya menjunjung kearifan lokal malah runtuh di bawah struktur yang rapuh baik secara fisik maupun manajerial. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan