WASHINGTON DC – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa kebijakan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dapat menyebabkan lonjakan signifikan dalam jumlah kematian akibat HIV/AIDS pada 2029. Peringatan ini tertuang dalam laporan UNAIDS 2025 yang dipublikasikan pada Kamis waktu setempat.
Berdasarkan laporan yang dikutip Al Jazeera, pengurangan drastis terhadap Rencana Darurat Presiden untuk Penanggulangan AIDS (President’s Emergency Plan for AIDS Relief/PEPFAR) menjadi faktor utama yang mengkhawatirkan. Kebijakan pemotongan dana tersebut, sebagaimana disebutkan dalam laporan, diperkirakan bisa menimbulkan tambahan enam juta kasus infeksi HIV serta empat juta kematian terkait AIDS dalam empat tahun mendatang.
“Program HIV di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah telah terguncang oleh gangguan keuangan besar yang tiba-tiba dan mengancam akan membalikkan kemajuan yang telah dicapai selama bertahun-tahun dalam penanggulangan HIV,” demikian isi laporan UNAIDS, Jumat (11/7/2025).
Laporan tersebut juga menyoroti bahwa dinamika global turut memperparah situasi. “Perang dan konflik, kesenjangan ekonomi yang semakin melebar, pergeseran geopolitik, dan guncangan perubahan iklim – yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam penanggulangan HIV global – memicu ketidakstabilan dan membebani kerja sama multilateral,” lanjut laporan itu.
Meski laporan mencatat bahwa jumlah infeksi HIV baru dan kematian akibat AIDS berada pada titik terendah dalam lebih dari tiga dekade, pencapaian tersebut dinilai belum cukup. Pada akhir 2024, tren penurunan dianggap belum memenuhi target untuk mengakhiri ancaman AIDS secara global pada 2030.
Data menunjukkan penurunan infeksi baru sebesar 56 persen di Afrika sub-Sahara, wilayah yang mencakup separuh dari total kasus HIV global pada 2024. “Lima negara, sebagian besar dari Afrika sub-Sahara, berada di jalur yang tepat untuk mencapai penurunan infeksi baru sebesar 90% pada tahun 2030 dibandingkan dengan tahun 2010,” tutur laporan UNAIDS.
Namun, laporan itu menekankan bahwa pemotongan dana dari Amerika Serikat, yang merupakan penyumbang terbesar dalam upaya global melawan HIV, telah mengakibatkan gangguan besar pada layanan pencegahan dan pengobatan di seluruh dunia. “Penarikan dana secara tiba-tiba dari satu-satunya penyumbang terbesar bagi respons HIV global telah mengganggu program pengobatan dan pencegahan di seluruh dunia,” sebut laporan itu.
Direktur Eksekutif UNAIDS, Winnie Byanyima, menjelaskan bahwa sektor pencegahan terkena dampak lebih besar dibanding pengobatan. “Populasi kunci adalah yang paling terdampak. Mereka bergantung pada layanan yang dirancang khusus oleh para pemimpin masyarakat, dan merekalah yang pertama kali terdampak,” kata Byanyima.
Byanyima juga menambahkan bahwa tren pemangkasan bantuan kemanusiaan tidak hanya terjadi pada masa kepemimpinan Trump. “Mereka memberi tahu kami bahwa ini berkaitan dengan anggaran pertahanan,” ujarnya, sambil menjelaskan bahwa alokasi untuk kesehatan global mulai menurun usai memuncak dan dipengaruhi konflik seperti perang di Ukraina.[]
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan