PARIS – Lebih dari 26 negara disebut telah menyatakan kesiapan untuk mengirim pasukan ke Ukraina setelah adanya kemungkinan perjanjian damai dengan Rusia. Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan bahwa pengiriman pasukan tersebut bukan untuk berperang, melainkan untuk memastikan Rusia tidak kembali melakukan serangan terhadap Ukraina.
“Saat ini ada 26 negara yang telah secara resmi berkomitmen untuk mengerahkan pasukan sebagai ‘pasukan penenang’ di Ukraina, atau hadir di darat, laut, atau udara,” kata Macron saat berbicara bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dikutip dari AFP.
Menurut Macron, pasukan ini menjadi pilar utama jaminan keamanan yang ditawarkan oleh koalisi, sebagian besar berasal dari negara-negara Eropa. Ia menekankan bahwa pengerahan pasukan tidak dimaksudkan untuk konfrontasi langsung dengan Rusia, melainkan sebagai “kekuatan yang menjamin perdamaian”. “Pasukan tersebut tidak akan dikerahkan di garis depan, tetapi bertujuan untuk mencegah agresi baru,” imbuhnya.
Selain itu, Macron menyebut pilar penting lainnya adalah upaya “regenerasi” tentara Ukraina agar memiliki kemampuan mempertahankan diri sekaligus mencegah potensi serangan di masa depan. Ia juga menyinggung peran Amerika Serikat yang, menurutnya, telah menunjukkan sikap jelas untuk turut memberikan jaminan keamanan, meski belum ada kepastian konkret dari Washington.
Zelensky menyambut baik rencana tersebut. “Saya pikir hari ini, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ini adalah langkah konkret pertama yang serius,” ujar Presiden Ukraina itu.
Meski demikian, tidak semua anggota koalisi sejalan dengan langkah ini. Kanselir Jerman Friedrich Merz menyerukan peningkatan tekanan, tetapi tetap berhati-hati mengenai bentuk keterlibatan negaranya. “Jerman akan memutuskan keterlibatan militer pada waktu yang tepat setelah persyaratan kerangka kerja diklarifikasi,” ucap juru bicara pemerintah Jerman.
Di pihak lain, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menegaskan Italia tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina, meski tetap membuka ruang untuk mengawasi potensi kesepakatan damai. Sementara itu, sebelum pertemuan di Paris, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menegaskan bahwa Moskow tidak akan menerima kehadiran pasukan asing di Ukraina “dalam format apa pun”.
Langkah yang dipimpin Prancis ini menunjukkan adanya upaya negara-negara Eropa untuk mencari mekanisme jaminan keamanan bagi Ukraina, meski masih menghadapi keraguan dan perbedaan sikap di antara anggota koalisi. Dengan posisi Rusia yang tetap menolak, masa depan rencana pengerahan pasukan penenang masih menunggu perkembangan lebih lanjut dari meja diplomasi.[]
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan