PASER – Momen libur panjang yang bertepatan dengan perayaan Idul Adha 2025 seharusnya menjadi peluang emas untuk sektor pariwisata lokal. Namun, realitas berbeda terlihat di Museum Sadurengas, tempat bersejarah yang menyimpan jejak peradaban Kesultanan Paser. Terletak di Jalan Keraton, Kecamatan Paser Belengkong, museum ini justru mengalami penurunan jumlah pengunjung meskipun masyarakat menikmati hari libur nasional dan cuti bersama.
Momentum libur panjang yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk mendongkrak kunjungan wisata edukatif. Sebaliknya, museum yang sarat nilai budaya dan sejarah ini terlihat lengang, menunjukkan adanya tantangan dalam menarik minat masyarakat, khususnya generasi muda. “Puncak liburan Sabtu kemarin, jumlah karcis yang terjual hanya habis satu setengah blok atau sekitar 150 karcis masuk,” ujar Ahmadi, Petugas Objek Wisata Museum Sadurengas saat ditemui pada Senin (9/6/2025).
Ahmadi menyampaikan bahwa secara umum, kunjungan museum biasanya meningkat saat momen libur besar keagamaan seperti Idul Fitri maupun Idul Adha. Namun, tahun ini terjadi penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menjadi cerminan tantangan dalam pelestarian wisata sejarah di tengah gempuran destinasi modern yang lebih atraktif secara visual maupun digital.
Museum Sadurengas selama ini dikenal sebagai tempat yang tidak hanya menampilkan benda bersejarah, tetapi juga menyuguhkan nuansa kultural Paser yang kuat. Sayangnya, minat terhadap wisata sejarah seolah tersisih oleh tren wisata komersial.
Dibutuhkan langkah inovatif dari pengelola dan pemerintah daerah untuk meningkatkan daya tarik museum ini. Pendekatan kolaboratif melalui promosi digital, pelibatan komunitas lokal, hingga penyelenggaraan event budaya mungkin dapat menjadi solusi untuk menghidupkan kembali minat masyarakat terhadap warisan sejarahnya sendiri.
Libur panjang seharusnya menjadi momentum strategis untuk mengenalkan kembali kekayaan budaya lokal. Ketika potensi besar seperti Museum Sadurengas justru tidak menjadi destinasi pilihan utama, maka ada pekerjaan rumah besar yang harus diselesaikan dalam upaya membangun kembali kesadaran sejarah di kalangan masyarakat.[]
Penulis : Tusiman