Lima Hari Terendam, Ratusan Warga Barito Timur Terdampak

BARITO TIMUR — Banjir yang melanda Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), selama lima hari terakhir menimbulkan tekanan serius terhadap kehidupan masyarakat di wilayah terdampak. Genangan air yang belum sepenuhnya surut telah mengganggu aktivitas harian warga, merusak infrastruktur, serta memaksa pemerintah daerah meningkatkan respons darurat.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalteng mencatat, banjir mulai terjadi sejak 12 Desember 2025 dan merendam lima desa yang tersebar di tiga kecamatan. Wilayah terdampak meliputi Desa Tangkan, Mansiwui, dan Hayapung di Kecamatan Awang, Desa Haringen di Kecamatan Dusun Timur, serta Desa Paku Belo di Kecamatan Paku.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kalteng, Alpius Patanan, menyampaikan bahwa bencana tersebut telah berdampak luas terhadap penduduk dan fasilitas publik. “Terdapat lima desa yang terendam, yakni Desa Tangkan, Mansiwui, dan Hayapung di Kecamatan Awang, Desa Haringen di Kecamatan Dusun Timur, dan Desa Paku Belo di Kecamatan Paku,” beber Alpius kepada wartawan di Palangka Raya, Selasa (16/12/2025).

Selain merendam permukiman warga, banjir juga memicu kerusakan pada sarana vital. Tercatat sebanyak 587 jiwa dari 211 kepala keluarga terdampak langsung. Air menggenangi 50 rumah warga, enam titik jalan dan jembatan, dua fasilitas pendidikan, satu tempat ibadah, serta satu fasilitas kesehatan. Kondisi ini memperberat akses warga terhadap layanan dasar, terutama pendidikan dan kesehatan.

Untuk memenuhi kebutuhan logistik masyarakat, BPBD Kalteng telah mendirikan tiga dapur umum di Kecamatan Awang. Langkah ini diambil karena luasnya wilayah terdampak di kecamatan tersebut dan tingginya kebutuhan konsumsi warga. “Kami sudah membangun 3 dapur umum di Kecamatan Awang, karena jumlah desa terdampak di sana cukup luas, sehingga masyarakat memerlukan bantuan dapur umum itu,” jelas Alpius.

Di tengah kondisi cuaca yang masih berpotensi hujan, BPBD Kalteng juga menekankan pentingnya koordinasi lintas daerah. Upaya antisipasi dilakukan melalui pertemuan rutin bersama BPBD kabupaten dan kota guna memaksimalkan mitigasi dan kesiapsiagaan. Alpius menyebutkan, koordinasi tersebut dilakukan sejak awal musim hujan. “Sejak awal musim hujan, setiap minggu kami berkoordinasi dengan kabupaten dan kota melalui zoom meeting untuk memastikan kesiapan personel dan ketersediaan peralatan,” pungkasnya.

Banjir yang kembali berulang di Barito Timur ini menjadi pengingat bahwa tantangan penanganan bencana tidak hanya terletak pada respons darurat, tetapi juga pada upaya pencegahan jangka panjang. Evaluasi tata kelola lingkungan, perbaikan infrastruktur drainase, serta penguatan sistem peringatan dini dinilai mendesak agar dampak serupa tidak terus terulang dan merugikan masyarakat. []

Admin04

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com