Lintas Agama di Nunukan Satukan Doa untuk Kedamaian Negeri

NUNUKAN – Ribuan warga Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, tumpah ruah di alun-alun kota pada Jumat (05/09/2025) malam. Mereka hadir dalam acara Istighosah dan Doa Bersama untuk Negeri, sebuah kegiatan yang digagas Pemerintah Kabupaten Nunukan dengan melibatkan unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), tokoh agama, tokoh masyarakat, serta berbagai lapisan warga.

Bupati Nunukan, Irwan Sabri, memimpin langsung jalannya acara. Menurutnya, kegiatan ini bukan sekadar ritual doa, tetapi juga bentuk nyata kebersamaan masyarakat perbatasan dalam mengirimkan pesan damai bagi Indonesia.

“Dari perbatasan kita kirimkan pesan damai, bahwa masyarakat Nunukan cinta kedamaian dan siap menjaga NKRI dari segala bentuk perpecahan,” ujar Irwan Sabri, Sabtu (06/09/2025) sore.

Sebagai wilayah yang menjadi pintu gerbang negara, Nunukan dihuni masyarakat dengan latar belakang agama, budaya, dan suku yang beragam. Kondisi itu, menurut Irwan, justru menjadi kekuatan sekaligus tanggung jawab bersama. Ia menekankan pentingnya menjaga persatuan agar daerah tetap kondusif dan aman.

Beberapa waktu sebelumnya, Pemkab Nunukan bersama Forkopimda menggelar rapat koordinasi membahas strategi menghadapi potensi kerawanan sosial. Langkah antisipasi tersebut, kata Irwan, tidak bisa dilakukan sepihak, melainkan melalui sinergi dengan seluruh elemen masyarakat.

“Setiap potensi provokasi maupun kerawanan sosial harus diantisipasi dengan pendekatan humanis, komunikasi terbuka, serta kerja sama dengan semua elemen masyarakat,” jelasnya.

Selain pemerintah, Irwan juga menyoroti peran tokoh agama dan masyarakat. Rumah ibadah diharapkan menjadi pusat kesejukan, bukan tempat yang melahirkan perpecahan. Ia pun mengingatkan generasi muda agar bijak menggunakan media sosial, terutama dalam menanggapi informasi yang beredar.

“Saya ingin menegaskan kembali, jangan mudah terprovokasi. Kabupaten Nunukan akan semakin maju jika kita bersatu. Mari jadikan doa bersama ini sebagai benteng spiritual untuk menjaga kedamaian, sekaligus ikhtiar bersama dari perbatasan untuk Indonesia yang lebih damai dan sejahtera,” tegasnya.

Doa bersama tersebut dipimpin lintas tokoh agama. Dari Islam, doa dipimpin Ustaz Zakaria Murdoko; dari Konghucu oleh Elvina Sulisthio; dari Buddha oleh Jhonson; dari Hindu oleh I Made Wirama; dari Katolik oleh Laurentius Lise; dan dari Kristen Protestan oleh Pendeta Micha Mubes Sukoco.

Keterlibatan berbagai pemuka agama dalam satu panggung doa menggambarkan semangat toleransi yang hidup di Nunukan. Dari wilayah perbatasan, masyarakat memberi teladan bahwa perbedaan keyakinan tidak menghalangi persatuan untuk menjaga keutuhan bangsa. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com